Senin, 10 Agustus 2015

Cerita Rakyat Riau - Legenda Dedap Durhaka

Desa yang sekarang bernama desa Dedap Kecamatan Putri Puyu Kabupaten kepulauan Meranti yang dulunya pada masa awal membangun sebuah desa terdapat hazanah cerita yang harus diceritakan sebagai pedoman hidup. Cerita ini bermula dari keluarga miskin yang terdiri dari kepala keluarga bernama Ujang dan isterinya Topang serta anaknya Dedap atau panggilan manja oleh ibunya adalah Panggang karena Dedap suka makan makanan yang di panggang.

Ekonomi yang lemah dan hasil kebun tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari membuat Dedap yang sudah tumbuh dewasa bersama temannya harus pergi ke hutan belantara Pulau Padang untuk mencari rotan dan berburu.

Disuatu hari Dedap dan alang pergi ke hutan berburu kekah dan burung dengan membawa sumpitan yang biasa dilakukannya. Di tengah hutan cuaca menjadi mendung dan gelap, tidak lama kemudian gerimis mulai berjatuhan, Dedap dan alang bersiap membuat tempat berlindung dengan daun pinang hutan dan terperangkap dalam hujan yang deras.

Dedap dan Alang tidak bisa berbuat apa-apa lagi yang dilakukan hanya bisa termenung, dalam khayalan Dedap teringat akan kecantikan si lindung Bulan. Hujan semakin deras hari semakin malam Alang mengajak Dedap pulang meski tidak mendapatkan hasil perburuan.

Tiba di rumah dengan tubuh basah kuyup Dedap mebersihkan tubuhnya dan mengantikan pakaiannya. Di malam itu Dedap tidak bisa memejamkan mata karena selalu terbayang si Lindung Bulan gadis desa yang cantik jelita tinggal di desa tanjung padang putri Batin Tenggoro yang juga orang kaya di Tanjung Padang.

Keesokan harinya Dedap segera berangkat ke Tanjung padang untuk menyatakannya cinta kepada gadis pujaan hatinya. Tiba disana Dedap berkeliling mencari si Lindung Bulan, terlihat dikeramaian tempat membuat anyaman atap dari daun rumbia si Lindung Bulan tertawa bahagia bersama teman-temannya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Dedap dan dia pun menyatakan cintanya kepada si Lindung Bulan.

Dengan tersipu malu si Lindung Bulan menerima cinta Dedap, betapa bahagianya yang dirasakan oleh Dedap pada hari itu. Dengan hati yang berbunga-bunga Dedap kini menjadi anak yang ceria dan rajin menolong Orang tua, patuh, taat dan tidak pernah membantah kata-kata orang tuanya.
Dedap kembali ingin berjumpa si Lindung Bulan untuk mengobati kerinduannya dengan menggunakan sampan. Tiba Tanjung Padang Dedap melintasi di kediaman Batin Tenggoro untuk melihat si Lindung Bulan, ternyata si Lindung Bulan menunggu kedatangan Dedap selama ini.

Bagaikan pungguk merindukan bulan mereka pun bercumbu mesra. Masyarakat yang melihat pasangan kekasih itu mulai menjadi bahan pembicaraan sehingga terdengar oleh Jelutung pemuda Tanjung Padang yang juga menyimpan rasa terhadap si Lindung Bulan. Jelutung menyuruh anak kecil untuk bisa bertemu empat mata dengan Dedap.

Dengan berat hati si Lindung Bulan pulang karena dia tidak rela melepaskan Dedap sendirian untuk bertemu dengan Jelutung. Di suatu tempat tersembunyi Dedap bertemu Jelutung yang sombong, angkuh dan kasar cara memperlakukannya sehingga Dedap dipukul oleh Jelutung dan teman-temannya. Dedap dalam keadaan babak belur diancam oleh Jelutung agar tidak mengganggu si Lindung Bulan lagi.

Dedap pulang dengan perasaan gundah gulana karena kecewa cintanya terhalang dan tergores luka yang tidak mungkin dilupakan. Dedap yang dulu periang sekarang berubah menjadi anak yang pendiam, suka termenung sendiri. Waktu terus berlalu, Dedap sudah tidak kuat lagi mengurung diri dirumah dan timbul rasa ingin bunuh diri begitu juga yang dirasakan oleh si Lindung Bulan.

Dedap yang kecewa merasa hina dan tidak berdaya membuat Dedap ingin merantau dinegeri orang untuk bisa merubah nasibnya. Dedap pun mengutarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya. Di malam hari Dedap menemui ayah dan ibunya. Dedap pun berkata. “Wahai ibu dan ayah. Telah lama aku ingin merantau untuk mengadu nasib di negeri orang, jika aku jadi orang yang berhasil pasti aku akan pulang”. “Berat rasanya hati ini melepaskan engkau anak semata wayangku”. Jawab Ibu. “lagi pula nak, disini maupun ditempat orang tidak ada bedanya”. Kata ayahnya pula.

Kembali Dedap menjawab. “Tapi keadaan disini dengan suasana disana berbeda, jika disini kita masih malu mengerjakan sesuatu, tetapi di rantauan akan lebih gigih karena rasa rindu akan halaman kampung mendorong semangat untuk mencari rezeki yang lebih”.

Perdebatan berlangsung lama antara anak dan orang tuanya, sehingga ibu dan ayahnya merelakan Dedap pergi merantau. Dengan berbekalkan nasehat dan petuah dari ibu dan ayahnya, Dedap nekad pergi berlayar dengan menggunakan kapal tongkang yang sudah biasa singgah di desanya untuk membeli rotan dan hasil hutan serta membawa penumpang yang hendak pergi ke singapura dan melaka (malaysia).

Dedap yang masih berumur 12 tahun pergi merantau tanpa membawa uang tetapi hanya perbekalan makanan kesukaan Dedap yang dimasak oleh ibunya berupa panggang kukah (sejenis burung yang dipanggang) dan pais keluang (sejenis kelelawar berukuran besar yang dibungkug menggunakan upih daun pinang dan dipanggang). Di dalam kapal Dedap mencoba membantu pekerjaan seperti memasak, mencuci piring, menimba air, mengangkat barang serta melayani penumpang yang memerlukan bantuan.

Tanpa disadari ada saudagar cina yang kaya selalu memperhatikan Dedap, sehingga dia mulai tertarik untuk mempekerjakan Dedap di toko barang pecah belah miliknya yang berada di Singapura. Dedap yang teringat akan nasehat orang tuanya bahwa apabila di negeri orang jangan lupa mencari Induk Semang (pengganti orangtua/ jadi anak angkat) dedap pun setuju ajakan dari Saudagar Cina tersebut. Tiba di singapura saudagar cina membawa Dedap ke tempat usahanya, disana Dedap diberi syarat dan ketentuan disamping itu juga gaji perbulan serta makan, tempat tinggal serta pakaian Dedap ditanggung oleh Saudagar Cina. Setelah menyetujui segala persyaratan yang diberikan oleh saudagar cina, dedap pun mulai bekerja sebagaimana semestinya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun usaha Saudagar Cina makin maju dan makin berkembang. Karena kerja keras dan kejujurannya, Dedap diangkat menjadi orang kepercayaan Saudagar Cina. Saudagar Cina yang telah tua dan tidak bisa lagi mengurus segala urusan untuk kelancaran usahanya sehingga memaksa untuk mengumpulkan kelurganya termasuk Dedap dengan tujuan membicarakan tentang pembagian harta. Gaji Dedap yang terkumpul selama 8 tahun akan dibagikan serta Dedap mendapatkan 1/3 dari harta kekayaan Saudagar Cina dan 2/3 untuk keluarga Saudagar Cina.

Sudah hampir 10 tahun lamanya Dedap merantau, timbul dibenaknya rasa ingin pulang kekampung halaman. Meskipun saudagar cina kembali mengajak Dedap untuk tetap tinggal dan melanjutkan usahanya tetap saja ditolak oleh Dedap.

Beberapa waktu yang tidak lama Dedap yang sudah memiliki kapal tongkang sendiri membuat pekerjaan dengan Saudagar Tinggi sehingga Dedap merubah namanya dengan panggilan Saudagar Muda. Setelah 3 bulan menjalin hubungan kerja yang baik bersama Saudagar Tinggi dan usahanya pun mendapat keuntungan yang besar. Saudagar Tinggi berniat untuk menjodohkan Dedap dengan anaknya yang bernama Putri linggi.

Keinginan Dedap pun tercapai untuk segera mendapatkan pendamping hidup. Akhirnya diadakan acara pernikahan antara Dedap dan Putri Linggi yang berlangsung selama seminggu dengan beraneka ragam acara. Sebagai pengantin baru, Saudagar Tinggi menghadiahkan sebuah kapal pesiar yang dibuat seperti layaknya sebuah istana untuk berbulan madu.

Setelah beberapa bulan berlayar sampai memasuki Selat Bengkalis, kapal tersebut harus berlabuh di Tanjung Sekodi karena menunggu air pasang baru bisa masuk ke Selat Bengkalis. Dari kejauhan seorang anak buah kapal melihat perahu kecil menuju ke kapal pesiar dan berusaha merapat. Ternyata didalam perahu kecil ada seorang wanita cantik yang dengan sengaja diantar oleh nelayan untuk meminta bantuan, dengan alasan bahwa perbekalan air minum di kapalnya yang berada di sebalik pulau Bengkalis telah habis.

Dedap pun mulai menunjukkan kebolehannya sebagai pelaut sejati dengan menjatuhkan lingkaran rotan saga ke air laut dan menyuruh wanita itu mengambil dan meminumnya, di dalam lingkaran rotan saga tersebut air laut bisa berubah menjadi air tawar yang bisa diminum. Wanita itu pun tertarik atas kebolehan Dedap sehingga dia mulai menggoda Dedap karena wanita itu adalah Sri Jawa yang selalu mengejar Saudagar Muda yang menjadi targetnya.

Dedap pun tergoda sehingga Sri Jawa dijadikannya istri yang kedua, sementara putri linggi tidak bisa berbuat banyak karena Putri Linggi sedang hamil. Beberapa hari kemudian Dedap memerintahkan agar berlayar masuk ke Selat Bengkalis karena dihati Dedap ingin menjenguk orang tuanya tetapi tidak diberitahu kepada siapapun tentang niatnya itu. Selain dari itu Dedap ingin menunjukkan kepada semua orang di kampungnya bahwa Dedap yang dulunya selalu dihina dan dicaci maki. Keangkuhan dan kesombongan mulai timbul di benak Dedap.

Setelah kapal Dedap berlabuh di salah satu muara sungai. Dedap memerintahkan 2 orang anak buah kapal untuk mengambil air taawar untuk perbekalan minum. Dengan waktu yang tidak begitu lama, tersebar kabar keseluruh kampung tentang kepulangan Dedap yang sudah kaya raya dan terdengar oleh kedua orang tuanya.

Mendengar berita tersebut orang tua Dedap bersiap-siap untuk bertemu anak semata wayangnya yang sudah lama dirindukannya. Dengan membawa masakan kesukaan Dedap yaitu Panggan kukah dan Pais Keluang, langsung saja kedua orang tuanya turun kelaut. Didalam perahu kecil kedua orang tuanya terbayang betapa gagah dan tampan Dedap.

Apabila perahu kecil mendekat kapal Pesiar, kedua orang tuanya yang sudah tua, kulit berkedut dan berpakain kumuh dimatanya berkaca-kaca tanda kerinduan bercampur kebahagian sehingga menjadi salah tingkah. Datang anak buah kapal menanyakan maksud kedatangan orang tua ini. Ibu Dedap menjawab. “Kami ingin menemui anak kami Si dedap”. Anak buah kapal kembali menjawab. ”Bapak dan Ibu sabar ya! Saya akan beritahu kepada tuan Saudagar Muda dulu”.

Dengan bantuan Ali yang juga penduduk sekitar, ibu dan ayah Dedap berangkat untuk menemui anaknya yang selama ini disangka telah mati karena sudah bertahun lamanya tidak memberi kabar.
Dedap yang masih memperlihatkan keangkuhannya berdiri ditepi kapalnya, sang ibu pun berteriak memanggil Dedap : “Dedap, Dedap anakku! Ini ibumu dan ayahmu datang nak!”. Dedap yang sebenarnya sudah tahu kedatangan orang tuanya dan mendengar panggilan untuknya tetapi Dedap berpura-pura tidak tahu.

Dedap yang melihat orang tuanya datang dan semakin mendekat, lalu Dedap berpaling kebelakang sambil bercerita dengan istrinya. Sementara istrinya mengetahui orang tua itu memanggil suaminya itu Dedap, istri Dedap pun menyuruh Dedap untuk menjawab. “Perempuan tua itu memanggil dirimu Dedap dan dia mengaku sebagai orang tua mu”. Kata Putri lingga. “Ah, engkau jangan percaya! Tidak mungkin ibuku seperti itu.”

Ali yang bersama orang tuanya berkata. ”Wahai Saudagar Muda! Bukankah kamu bernama Dedap?” Dedap menjawab dengan mata melotot “Ada apa?”. “ini ibu dan ayahmu mau menyongsong kedatangan anaknya dengan membawa makanan.” Kata Ali. “ Tidak! Mereka bukan orang tuaku”. Jawab Dedap dengan lancang.

“Benar nak ini orang tuamu, tidak ingatkah kamu ketika kamu ingin merantau, kami menyiapkan kamu makanan kesukaanmu nak” . Kata ibunya sambil memberinya makanan kesukaan Dedap, tetapi Dedap malah menolak makanan itu sehingga makanan tersebut jatuh beserta ibunya.

“Benar Dedap! Kami orang tuamu, cobalah engkau lihat dengan baik-baik Dedap” Kata ayahnya beriba-iba. “Tidak mungkin! Orang tuaku sudah mati”. Jawab Dedap yang sedang malu pada istrinya karena keadaan orang tuanya. “tidak Dedap, kami masih hidup, karena dilanda penderitaan yang berkepanjangan sehingga membuat kami menjadi begini”. Kata ibunya sambil menangis.

“Dedap, ini aku Ali, teman dekat rumahmu. Ingatlah Dedap mereka memang orang tuamu” kata Ali. “Bang! bang! Barangkali benar itu orang tua abang”. Kata istri Dedap. “Tidak! Orang tuaku telah mati, mereka ini orang gelandangan yang melihat aku telah kaya dan mengaku sebagai orang tuaku”.

Pertengkaran yang semakin memuncak itu menyebabkan semakin banyak orang berdatangan. Dedap yang ingin menjauhkan diri dari kerumunan orang banyak, akan tetapi sang ibu yang sangat rindu akan si Dedap bergantung memegang celana Dedap dan berkata.” Aku ini ibu yang mengandung dan menyusukanmu.” “Dusta, bangsat tidak tahu diuntung”. Seru Dedap sambil menolak ibunya sehingga tersungkur.

Ali datang membantu sang ibu berdiri dan berkata. “sabarlah ibu, jika dia tidak mengakui, apa boleh buat”. “atau engkau bukan anakku?” Kata ibunya yang sedang marah. “Ya! Aku bukan anakmu” jawab Dedap. “Coba engkau perlihatkan ada bekas luka besar dibetis kirimu karena terkena kaca sewaktu kamu masih kecil”. Kata sang ibu yang makin marah.

Sejenak Dedap berdiam diri, istrinya pun berkata “Memang benar apa yang dikatakan ibu itu”. “Kalau tidak percaya, mari kita sama-sama saksikan” kata ibunya. “mengakulah bang, tidak perlu malu”. Kata istrinya. “Menurut kami lebih baik Saudagar Muda mengakui bahwa mereka orang tuamu yang sebenarnya”. Kata salah seorang anak buah kapalnya.

“Mana mungkin kalian semua lebih tahu dari pada aku, tidak mungkin aku yang setampan dan sekaya ini memiliki orang tua sejelek dan sebangsat mereka”. Bentak Dedap. “tidak ingatkah engkau ketika ingin merantau aku bekali kau dengan panggang kukah dan pais keluang”. Kata ibunya sambil menangis. “jika dia tidak mau mengaku, tidak perlu dipaksa”. Kata ayahnya.

“Memang aku tidak akan mengakui kalian orang tuaku, karena orang tuaku telah mati, kalian ini bangsat, penipu dan hanya mengharapkan harta kekayaanku, pergi! Pergi kalian dari sini!”. Seru Dedap sambil menolak ayah dan ibunya turun dari kapal.

Mengalami perlakuan Dedap yang durhaka itu kedua insan yang malang pulang dengan kekecewaan yang mendalam. Tiba di muara sungai, sang ibupun mengadahkan tangan seraya berdoa kepada Tuhan : “Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa dengarkanlah pengaduan hambamu ini. Engkau Yang Mengetahui. Aku yang telah mengandung anakku selama 9 bulan dengan bersusah payah dan telah melahirkanya dengan menyambung nyawa serta aku korbankan air susuku untuk membesarkannya. Kami pelihara dia dengan penuh kasih sayang”. “Tidakkah aku relakan air susuku yang dihisap oleh Dedap bertahun-tahun”. Kata sang ibu murka sambil mengoyangkan kedua susunya dan mengangkat kelangit.
“Engkau timpakan malapetaka yang maha dahsyat kepada anakku Dedap Durhaka. Engkau Yang Maha Perkasa dan Maha Adil”. Siap ibunya berdoa, tibalah angin kencang disertai kilat dan petri menyambar, kapal pesiar bagaikan istana berjalan ikut berputar-putar dibawa angin kencang dan hampir karam serta menenggelamkan perahu kecil milik orang tuanya yang sampai saat ini di muara sungai Desa Dedap terdapat beting yang hampir menutupi muara tersebut.

Dedap pun berseru memohon ampun pada ibunya tetapi ibunya tidak peduli. Sang ayah yang merasa kasihan atas musibah yang menimpa Dedap menyuruh istrinya agar mengampuni Dedap. Angin semakin kencang kapal Dedap bersama 12 orang penumpang tenggelam ditelan lautan. Setelah beberapa lama tepat pada tenggelamnya kapal Dedap timbullah pulau yang bernama Pulau Dedap dan beberapa tahun kemudian di atas pulau tersebut tumbuh pohon pelam atau mangga bercabang 2. Cabang yang pertama tumbuh mengarah kelaut dan buahnya terasa asam dan cabang satunya lagi mengarah ke darat dan buahnya terasa manis.

Buah mangga yang terasa asam menggambarkan ibunya yang terlanjur sakit hati tidak mau mengampuni anaknya sedangkan buah mangga yang terasa manis tersebut menggambarkan ayah Dedap yang masih punya rasa belas kasihan dan mau mengampuni anaknya.

Semoga cerita ini menjadi pedoman bagi generasi muda untuk tetap selalu menghormati dan menyayangi orang tua.

Cerita Rakyat Bengkulu - Batu Amparan Gading

Pada suatu masa, hiduplah seorang raja bernama Raja Muda. Permaisurinya bernama Putri Gani. Mereka dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia.Halaman istana mereka sangat luas dihiasi taman bunga yang tertata rapi. Dihalaman depan terdapat sebuah batu besar yang datar permukaannya, berwarna kuning gading, bernama Batu Amparan Gading.

Di kala sore hari, sangat sering Raja muda beserta Putri Gani dan anak-anaknya duduk bersantai. Mereka bercengkerama di atas Batu Amparan Gading itu.

Nasib malang yang menimpa keluarga Raja Muda beserta Putri Gani tidak dapat di tolak. Istrinya yang tercinta Putri Gani sakit, kemudian meninggal dunia. Rasa sedih dan pilu hati Raja Muda semakin mendalam melihat kedua anaknya yang masih kecil, tiada lagi belaian kasih sayang ibu tercinta.

Hari demi hari berlalu. Raja Muda beristri lagi. Ia menikah dengan seorang putri Raja Hulu Sungai. Kedua anaknya telah memiliki ibu kembali, walau ibu tiri.

Pada awal pernikahan, istri Raja Muda yang baru sangat baik kepada kedua anak tirinya.
Kehadirannya di tengah-tengah keluarga Raja Muda menjadi penghibur bagi kedua anak tirinya.
Akan tetapi, suasana ceria yang dirasakan kedua anak kecil itu tidak berlangsung lama. Segala gerik dan tingkah laku mereka mulai tidak disenangi oleh ibu tirinya. Ibu tiri mereka mulai nyinyir dan sering marah kepada mereka. Apa saja yang mereka inginkan dan lakukan selalu salah. Lebih menyedihkan lagi jika Raja Muda tidak di istana, mereka sering tidak diberi makan oleh ibu tiri mereka. Kalaupun diberi, hanya sedikit. Sehingga mereka tetap merasa lapar. Kasih sayang seorang ibu yang mereka harapkan tidak dapat mereka rasakan lagi. Bersenda gurau di atas Batu Amparan Gading bersama orang tua pun tidak pernah mereka lakukan lagi.

Pada suatu hari, ibu tiri mereka pergi ke luar istana. Ayah mereka pun sudah sejak pagi tidak berada di istana. Kakak beradik ini belum diberi sarapan oleh ibu tirinya. Lalu, mereka pergi ke halaman dan bermain-main di atas Batu Amparan Gading. Sejenak bermain, perut mereka terasa amat lapar, mereka ingin makan, tetapi tidak mungkin sebab semua makanan disimpan ibu tiri di dalam lemari makan.

Untuk sekadar melupakan rasa lapar, sang kakak berkata, "Dik, kau tunggu sebentar di tempat ini, ya. Kakak akan mencoba keluar untuk mencari mainan dan makanan."
Sang adik menjawab, "Baiklah, Kak, Pergilah."
Sambil membawa seruas bumbung, kakaknya pun pergi sendiri. Setelah berjalan sendiri, ia sampai ke tempat orang sedang menumbuk padi. Katanya, "Ibu, bolehkan saya meminta melukut (serpihan beras) sedikit untuk makanan ayam saya?"
"Boleh, Nak, Ambillah!" kata ibu itu.
Anak itu mengambil melukut dan memasukkannya ke dalam bumbung yang dibawanya tadi, lalu pergi.

Di dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seekor bengkarung. Bengkarung itu ditangkapnya untuk mainan. Setelah itu, terlihat pula bunga dadap berguguran ke tanah. Ia pungut mainan itu untuk mainan adiknya.

Tidak berapa lama, ia pun sampai kembali di tempat adiknya yang sedang bermain. Mereka berdua kembali bermain dengan asyik.

Sementara asyik bermain, ibu tiri mereka pulang. Terlihat olehnya bekas permainan mereka berserakan di atas Batu Amparan Gading. Timbul kesangsian ibu tiri mereka. Ia melihat remah-remah bekas makanan di antara mainan yang ada di situ. Tampak pula biji puar (sejenis tumbuhan hutan) nasi, disangkanya remah nasi; bunga dadap merah disangkanya kulit udang; serta sisik bengkarung disangkanya sisik ikan. Tidak ragu lagi di dalam pikirannya, bahwa kedua anak tirinya itu mencuri makanan.

Serta merta kemarahan ibu tiri mereka pun timbul. Ia mencerca kedua anak tirinya itu habis-habisan. Bahkan kedua anak itu dipukul sekuat-kuatnya. Walaupun kedua anak tirinya sudah menjerit kesakitan minta dikasihani, ia tidak menghiraukan. Ia tetap saja memukul mereka sampai puas. Sesudah itu, ia pulang ke istana.

Adapun kedua anak tirinya tetap berada di atas Batu Amparan Gading. Badan mereka terasa sakit dan letih. Akhirnya mereka berdua tertidur nyenyak di situ.

Beberapa saat kemudian, kakaknya terbangun dari tidur. Ingat akan kekejaman perangai ibu tirinya, air matanya kembali meleleh ke pipi sambil memandang adiknya yang masih tertidur nyenyak. Sedih hatinya mengenang nasibnya yang sangat malang itu. Ingin rasanya ia pergi menjauh dari tempat itu, tetapi tidak berdaya. Ia hanya berharap agar penderitaannya dapat segera berakhir. Dengan air mata berlinang-linang ia meratap sedih sambil mengucapkan kata-kata;

Entak-entak bumbung seruas
Meninggilah batu Amparan Gading
Mak dan Bapak buruk makan
Kami hendak pulang ke pintu langit
Puar nasi disangka nasi
Bunga dadap disangka udang
Sisik bengkarung disangka ikan
Kami dituduh maling makan

Dengan kehendak Yang Maha Kuasa, Batu Amparan Gading yang didudukinya itu meninggi. Dengan penuh keheranan dicobanya lagi mengucapkan kata-kata tadi. Batu Amparan Gading pun bertambah tinggi.Lalu, ia pun mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang. Setiap diucapkannya, Batu Amparan Gading pun semakin tinggi.

Sementara itu, Raja muda kembali dari perjalanan. Dengan sangat terkejut bercampur heran, dilihatnya Batu Amparan Gading di halamannya sudah menjadi tinggi. Pada saat itu, batu tersebut sudah jauh lebih tinggi dari puncak bubungan istananya. Bertambah pula keheranannya setelah melihat kedua anak yang sangat disayanginya berada di atas batu itu.

Ia sangat cemas dan merasa takut jika anaknya terjatuh dari tempat setinggi itu. Ia pun segera menabuh kentongan, memanggil semua orang yang ada di sekitarnya untuk meminta pertolongan.
Orang banyak segera berdatangan dan berusaha memberikan pertolongan. Ada yang mencoba menghancurkan bagian pangkal batu itu dengan berbagai penokok (pemukul). Ada yang mencoba mendorong batu itu untuk merobohkannya. Ada pula yang berusaha memanjatnya. Akan tetapi, semua usaha mereka itu gagal dan sia-sia belaka. Batu Amparan Gading tetap berdiri dan semakin tinggi saja. Akhirnya, mereka putus asa dan pasrah sambil menyaksikan Batu Amparan Gading yang semakin tinggi itu.

Raja Muda termenung berdiam diri tenggelam dalam kesedihan yang menimpanya berulang-ulang. Terlintas dalam benaknya, kesalahan apakah gerangan yang telah dilakukannya sehingga ia harus menerima cobaan ini. Adapun kedua anaknya tadi semakin tinggi saja keberadaannya, sejalan dengan ungkapan kesedihan yang diucapkan berulang-ulang. Akhirnya mereka sampai ke pintu langit. Ketika mereka tiba disana, pintu langit sedang tertutup. Dengan susah payah mereka mencoba membukanya, tetapi tidak bisa.

Secara kebetulan, pada saat itu seekor burung garuda lewat di tempat itu. Mereka meminta pertolongannya dan memberi upah sebumbung melukut. Burung garuda menyanggupi permintaan mereka itu.

Dengan mematukkan paruhnya yang besar dan tajam, pintu langit pun terbuka. Kakak beradik itu langsung melangkah masuk ke langit menuju tempat kediaman yang penuh kedamaian dan ketentraman yang abadi.

Setelah mereka naik ke langit, dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa pula, Batu Amparan Gading kembali merendah seperti semula.
Tinggallah ayahanda tercinta, Raja Muda, bersama istrinya yang durjana, dan Batu Amparan Gading sebagai saksi bisu yang tetap setia menghias halaman istana.

Kesimpulan

Cerita Batu Amparan Gading ini adalah cerita rakyat yang berkembang di daerah Kabupaten Bengkulu Selatan sejak Zaman dahulu. Diceritakan sebagai hiburan bagi anak-anak menjelang tidur di malam hari.

Secara ringkas, pesan cerita ini adalah Tuhan Yang Maha Kuasa selalu akan memberikan bantuan kepada hamba-Nya yang tidak berdosa yang sedang teraniaya.

Minggu, 09 Agustus 2015

Para Penghuni Bumi Sebelum Nabi Adam as

Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun,keadaanya masih kosong. di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama TABIRUNNASAR. Allah SWT berfirman kepada-Nya : " hai unggas tabirunnasar,makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu,engkau akan kumatikan."

Sang unggas pun memakan biji-bijian itu.Namun, cara memakannya diatur: pertama,sehari satu biji yang dimakan.Setelah semakin berkurang. maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian,maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun,akhirnya habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.

Setelah kematian tersebut,Allah SWT menciptakan makhlik lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh puluh orang laki-laki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya.Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain. Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun.Konon,setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang.Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan Jin.

Allah berfirman : "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api." ( Q.S. Ar Rahman : 1 )

Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat,berkaki dua, dan ada yang terbang. Kemudian Allah SWT mengutus salah satu seorang di antara mereka yang bernama Yusuf untuk memberika pengajaran ilmu dan syariat agama. Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya. Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang.Keluar dari dalam neraka.Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan AZAZIL. Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama.Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikan yang hijau. Dengan ijin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua.Seribu tahun lamanya pula ia beribadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya,hingga ke lapisan langit ketujuh.

Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya, yaitu dari bangsa jin yang bernama JANNA. 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak cucunya.Kata ahli tafsir yang lain, delapan belas ribu tahun mendiami bumi yang kemudian menjadi sombong dan kufur. Allah SWT pun mematikan janna. Sebagai gantinya adalah yang bernama BANUNAL JANNA. Ia mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan o;eh Allah SWT.

Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya : " Ya tuhanku,tujuh ribu tahn hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu,hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam,berbuat kebaikan kepada-Mu."
"Pergilah engkau !", tegas Allah SWT.

Turunlah Azazil atau iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit keenam.Setelah merasa cukup, ia pun memohon ijin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke angit kelima. Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampai mereka di langit dunia.

Di langit dunia, Azazil atau iblis mengajukan suatu permohonan pula : " Ya Tuhankum, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu. Ya Tuhanku , betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi.Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu."

Alla SWT pun mengabulkan permohona Azazil itu. Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.

Setelah delapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada tempat lain yang membuatnya demikian betah.Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT. Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil,
firmannya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi". (Q.S. 2: 30).

Mendengar firman tersebut, Iblis menjadi berduka, disebabkan dengkinya. Mereka (para Malaikat ) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu. " Adam namanya," jawab Allah SWT. Mereka berkata ,"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.
Allah SWT berfirman : " Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui." (Q.S. 2 :30)

Cerita Rakyat Aceh - Naga Sabang Dan Dua Raksasa Seulawah

Pada suatu masa saat pulau Andalas masih terpisah menjadi dua pulau yaitu pulau bagian timur dan pulau bagian barat, kedua pulau ini di pisahkan oleh selat barisan yang sangat sempit, diselat itu tinggalah seekor naga bernama Sabang, pada masa itu di kedua belah pulau tersebut berdiri dua buah kerajaan bernama Kerajaan Daru dan Kerajaan Alam. Kerajaan Daru di pimpin oleh Sultan Daru berada di pulau bagian timur dan kerajaan Alam di pimpin oleh Sultan Alam berada dipulau bagian barat. Sultan Alam sangat Adil dan bijaksana kepada rakyatnya dan sangat pintar berniaga sehingga kerajaan Alam menjadi kerajaan yang makmur dan maju. Sedangkan Sultan Daru sangat kejam kepada rakyatnya dan suka merompak kapal-kapal saudagar yang melintasi perairannya.

Sudah lama Sultan Daru iri kepada Sultan Alam dan sudah sering pula dia berusaha menyerang kerajaan Alam namun selalu di halangi oleh Naga Sabang, sehingga keinginannya menguasai kerajaan Alam yang makmur tidak tercapai.

Maka pada suatu hari dipanggilah penasehat kerajaan Daru bernama Tuanku Gurka, “Tuanku Gurka, kita sudah sering menyerang Kerajaan Alam tetapi selalu di halangi oleh naga Sabang, coba engkau cari tahu siapa orang yang bisa mengalahkan Naga itu”, perintah Sultan Daru.

“Yang mulia, Naga Sabang adalah penjaga selat Barisan, kalau naga itu mati makan kedua pulau ini akan menyatu karena tidak ada makhluk yang mampu merawat penyangga diantara kedua pulau ini selain naga itu”, jelas Tuanku Gurka.

“Aku tidak peduli kedua pulau ini menyatu, aku ingin menguasai kerajaan Alam”, jelas Sultan Daru.

“Ada dua raksasa bernama Seulawah Agam dan Seulawah Inong, mereka sangat sakti”, kata Tuanku Gurka.

“Seulawah Agam memiliki kekuatan yang sangat besar sedangkan Seulawah Inong mempunyai pedang geulantue yang sangat cepat dan sangat tajam”, tambah Tuanku Gurka.
Maka tak lama kemudian datanglah kedua raksasa tersebut menghadap Sultan Daru untuk menyampaikan kesangupan mereka bertarung menghadapi naga Sabang. Tak lama kemudian dikirimlah utusan kepada naga Sabang untuk memberi tahu bahwa kedua raksasa itu akan datang bertarung dengannya.

Naga Sabang sedih mendengar berita tersebut dan segera menghadap Sultan Alam, ” Sultan Alam sahabatku, sudah datang orang suruhan Sultan Daru kepada ku membawa pesan bahwa dua raksasa Selawah Agam dan Seulawah Inong akan datang melawanku”, Jelas sang Naga kepada Sultan Alam.

“Mereka sangat kuat, aku khawatir akan kalah”, kata sang Naga.

“Kalau saja aku terbunuh maka kedua pulau ini akan menyatu, bumi akan  berguncangan keras dan air laut akan surut,  maka surulah rakyatmu berlari ke gunung yang tinggi, karena sesudah itu akan datang ie beuna, itu adalah gelombang yang sangat besar yang akan menyapu daratan ini”, pesan sang Naga.

Sultan Alam menitikan air mata mendengar pesan dari naga sahabatnya,” Baiklah sahabatku, aku akan sampaikan pesanmu ini kepada rakyatku.

Maka pada waktu yang sudah di tentukan terjadilah pertarungan yang sengit antara naga Sabang dan kedua raksasa di tepi pantai. Sultan dan rakyat kedua kerajaan menyaksikn pertarungan seru tersebut dari kejauhan. Pada suatu kesempatan raksasa Selawah Inong berhasil menebas pedangnya ke leher sang naga.

Kemudian raksasa seulawah Agam mengangkat tubuh naga itu dan berteriak,” Weehh!”, sambil melemparkan tubuh naga  itu sejauh-jauhnya, maka tampaklah  tubuh naga itu jatuh terbujur di laut lepas.

Sejenak semua orang terdiam, kemudia sultan Alam berteriak sambil melambaikan tangan ke tubuh naga yang terbujur jauh di tengah laut, “Sabaaaaang!, sabaaaang!, sabaaang!” panggil Sultan Alam.

“Wahai Sultan Alam, tidak usah kau panggil lagi naga itu!, dia sudah mati …..itu ulee leue”, Teriak Sultan Daru dari seberang selat sambil menunjukan kearah kepala naga sabang yang tergeletak di pinggir pantai.

Tiba-tiba kedua pulau bergerak saling mendekat dan berbenturan sehingga terjadilah gempa yang sangat keras, tanah bergoyang kesana-kemari, tak ada yang mampu berdiri, kedua raksasa sakti jatuh terduduk di pantai.

Tak lama setelah gempa berhenti, air laut surut jauh sekali sehingga ikan-ikan bergeleparan di pantai. Sultan Daru dan rakyatnya bergembira ria melihat ikan-ikan yang bergeleparan mereka segera memungut ikan-ikan tersebut, sedangkan sultan Alam dan rakyatnya segera berlari menuju gunung yang tinggi sesuai pesan dari naga Sabang.

Tak lama kemudian datanglah gelombang yang sangat besar menyapu pulau Andalas. Sultan Daru dan rakyatnya yang sedang bergembira di  hantam oleh gelombang besar itu, kedua raksasa sakti juga dihempas oleh gelombang besar sampai jauh kedaratan. Rumah-rumah hancur, hewan ternak mati bergelimpangan, sawah-sawah musnah, desa dan kota hancur berantakan. Sedangkan Sultan Alam dan rakyatnya menyaksikan kejadi mengerikan tersebut dari atas gunung yang tinggi.

Sejak saat itu pulau Andalas menyatu di bawah pimpinan sultan Alam yang Adil dan bijaksana. Mereka membangun kembali desa-desa dan kota-kota yang hancur, kemudian Sultan Alam membangu sebuah kota kerajaan di dekat bekas kepala naga, kota itu di beri nama Koeta Radja dan pantai bekas kepala naga itu di sebut Ulee leue (kepala ular). Sedangkan tempat kedua raksasa sakti itu terkubur diberi nama Seulawah Agam dan Seulawah Inong. Sedangkan pulau yang tebentuk dari tubuh naga di sebut pulau Weh (menjauh) atau pulau Sabang.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Harut Dan Marut, Kisah Dua Malaikat Yang Terlewatkan

Astaghfirullah, sekian lama membaca Al Quran, baru kali ini saya menyadari ada kisah yang terlewatkan. Kisah tentang Harut dan Marut, yang disebutkan dalam Al Quran surah Al Baqarah 102:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya, dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah, dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui."

Siapa sesungguhnya Harut dan Marut tersebut? Apakah benar mereka malaikat yang diturunkan Allah untuk mengajarkan sihir pada masyarakat Babil (Babylonia) sesuai dengan pengertian tekstual dari arti ayat tersebut?
Ada banyak tafsir tentang kisah Harut dan Marut ini. Yang paling umum adalah kisah versi Yahudi dari hikayat Israiliyat.:

Alkisah pada masa Kerajaan Babilonia kuno, ilmu-ilmu sihir merajalela. Dukun-dukun santet, ilmu pelet dan lain-lain yang kelasnya mungkin jauh lebih sakti dari jaman sekarang muncul dimana-mana.
Orang-orang beriman dan bertaqwa pada waktu itu mulai terdesak oleh para penganut ajaran setan ini. Dan situasi kerajaan Babilon pun menjadi resah, karena para ahli sihir setan ini mulai melebarkan pengaruhnya ke istana.

Para Malaikat berkata “Ya Tuhanku, anak-anak Adam itu, Engkau jadikan mereka makhluk pilihanMu di bumi tetapi mereka mendurhakaiMu”.
Allah SWT berfirman “Sungguh jika Aku turunkan kamu ke sana dan Aku bentuk kamu seperti pembentukan mereka, niscaya kamu akan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan juga”.
Para Malaikat menjawab “Maha Suci Engkau wahai Tuhan, takkan mungkin kami mendurhakaiMu”.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”
Malaikat berkata, “Kami adalah lebih patuh kepada Engkau dibanding anak keturunan Adam.”
Kepada malaikat, Allah berfirman: “Panggillah ke mari dua malaikat. Aku akan turunkan mereka ke bumi hingga kamu dapat melihat apa yang dilakukan kedua malaikat itu”, Allah berfirman kepada malaikat, “Pilihlah dua yang termulia antara kamu” , Malaikat menjawab, “Tuhanku, biarlah Harut dan Marut yang melakukannya.”

Harut dan Marut pun diturunkan ke bumi dan dengan diberi sifat-sifat yang sama seperti yang melekat pada manusia (Nafsu syahwat, Akal, dll).
Mereka (para setan) mengajarkan sihir kepada manusia tetapi apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.

Dan dimulailah misi mereka mengajarkan orang-orang di kerajaan Babilon beberapa logika ilmu sihir dan cara melawan ilmu sihir setan.

Singkat cerita, setelah kedatangan Harut dan Marut maka terjadilah gerakan perlawanan rakyat terhadap para ahli sihir setan. Akhirnya para ahli sihir setan pun berhasil di kalahkan dan tersingkir dari Babilon. Penguasa kerajaan Babilon kemudian mengumumkan larangan keras bagi warganya untuk mempelajari ilmu-ilmu sihir.

Disinilah kemudian terjadi pembelokan versi kisah Harut dan Marut. Dalam versi Israiliyat, dikisahkan sebagai berikut:

Akhirnya, sebagai penghargaan terhadap Harut dan Marut yang telah dianggap oleh rakyat sebagai guru besar, penguasa kerajaan Babilon memberikan mereka kedudukan tinggi sebagai penasihat kerajaan dan harta yang berlimpah.

Namun ternyata kedudukan tinggi dan harta itu perlahan mulai membuat hawa nafsu Harut dan Marut menjadi tak terkendali. Mereka akhirnya mabuk dalam kenikmatan duniawi dan melupakan tugas-tugas mereka sebagai manusia. Dan berakhir dengan sebuah tragedi............

Dengan kehendak Allah, lalu datang seorang wanita yang cantik bagai bunga (Zahrah). Zahrah pun mendatangi kedua malaikat itu untuk mengujinya.
Kedua malaikat itu tertarik dengan kecantikan Zahrah hingga timbullah keinginan (hasrat) terhadapnya.

Zahrah berkata, "Maukah kamu mengucapkan kalimat mantera musyrik?"
Kedua malaikat itu menjawab, "Tidak, demi Allah, sedikit pun kami tidak mau mempersekutukan Allah untuk selama-lamanya!"
Zahrah meninggalkan mereka berdua. Beberapa saat kemudian, dia kembali lagi membawa anak kecil.

Sambil mendekati kedua malaikat itu Zahrah berkata, "Bersediakah kamu membunuh anak kecil ini!"
Kedua malaikat itu menjawab, "Tentu saja tidak, demi Allah selamanya aku tidak akan membunuhnya!"

Zahrah meninggalkan mereka dan datang sambil membawa segelas arak. Setelah merayu mereka, akhirnya Zahrah berkata, "Aku tidak akan mengikuti kamu, sebelum kamu berdua minum arak ini!"
Akhirnya kedua malaikat itu meminumnya hingga mabuk dan kemudian mereka berzina dengan Zahrah sebelum akhirnya membunuh anak kecil itu, dan mengucapkan kalimat musyrik.

Singkat cerita, beberapa hari setelah terjadinya tragedi ini, datanglah Malaikat Jibril dari langit memberitahu Harut dan Marut bahwa masa tugas mereka telah berakhir. Dan mereka diperintahkan kembali ke langit untuk melapor. Betapa kagetnya Harut dan Marut, karena saat itu juga ingatan mereka sebagai malaikat telah kembali.

Maka datanglah dari sisi Allah malaikat Jibril kepada mereka. Pada saat Jibril datang, Harut dan Marut menangis dan Jibril ikut menangis sambil berkata, "Sesungguhnya cobaan apakah yang membuat kalian sampai hanyut seperti ini?"
Dengan ketakutan yang dahsyat, Harut dan Marut kembali ke langit untuk melaporkan tugas mereka kepada Allah.

Maka disaksikan seluruh malaikat, Harut dan Marut melaporkan tugas-tugasnya sebagai manusia, yang berakhir dengan dosa besar. Saat itu juga seluruh malaikat bertasbih dan beristighfar kepada Allah. Karena mereka menyadari betapa tidak mudahnya menjadi manusia. Dan betapa masih ada manusia-manusia baik yang tidak layak diazab.

Akhirnya Allah menutup sidang itu dengan menawarkan pada Harut dan Marut pilihan: Ingin di azab di dunia, atau ingin di azab di akhirat. Harut dan Marut yang mengetahui betapa dahsyatnya azab akhirat tentu saja langsung memilih di azab di dunia.

Dan menurut berbagai kisah, Harut dan Marut hingga kini masih tergantung dengan keadaan kaki di atas dan kepala di bawah. Pernah ada seorang wanita tua dari wilayah sekitar Babilonia yang melaporkan kepada Nabi Muhammad saw bahwa dia telah melihat dua orang malaikat ini di sebuah sumur tua di gurun wilayah Babilon.

Sementara dalam versi Islam dikisahkan, usai tugasnya di bumi, Keduanya pun kembali ke langit.
Tapi, warga Kota Babil justru tak mengikuti peringataan Harut dan Marut. Mereka justru berbuat kerusakan dengan ilmu sihir yang diajarkan keduanya. Maka, makin rusaklah negeri tersebut.
Mengenai tafsir tentang Harut dan Marut ini, Syeikh Athiyah Saqar menyebutkan bahwa di beberapa buku tafsir disebutkan kedua malaikat itu telah diturunkan ke bumi sebagai fitnah sehingga Allah mengadzab mereka berdua dengan menggantung kedua kaki mereka, perkataan para mufassir ini bukanlah sebagai salah satu hujjah (dalil) dalam hal ini, karena kisah tersebut berasal dari warisan masyarakat Babilonia dan penjelasan orang-orang Yahudi serta kitab-kitab Nasrani. Karena tidak sesuai dengan salah satu ayat di dalam Al Qur'an. Para malaikat tidaklah maksiat kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka pun melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya, firman Allah:

"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya." (Al Anbiya 26 – 27)
"...dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih." (Al Anbiya 19 – 20)

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa yang mengatakan bahwa kedua malaikat itu mengajarkan kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir bukan mengajarkan untuk mengajak mereka melakukan sihir. Az Zajjaj mengatakan bahwa perkataan itu adalah juga pendapat kebanyakan ahli bahasa. Artinya bahwa pengajaran kedua malaikat itu kepada manusia adalah berupa larangan, keduanya mengatakan kepada mereka, "Janganlah kalian melakukan ini (sihir) dan janganlah kalian diperdaya dengannya sehingga kalian memisahkan seorang suami dari isterinya dan apa yang diturunkan kepada mereka berdua adalah berupa larangan."

Al Hafidz bin Katsir berkata: "Kisah Harut dan Marut ini diriwayatkan dari beberapa tabi'in seperti Mujahid, Suddi, Hasan al Bashri,Qotadah, Abul Aliyah, Zuhri, Rabi' bin Anas, Muqotil bin Hayyan dan lain-lain dan dibawakan oleh banyak penulis tafsir dari kalangan terdahulu dan belakangan. Kesimpulan detail dari kisah Harut dan Marut ini kembali kepada kisah Israilliyat, karena riwayatnya tidak ada sama sekali dalam hadis marfu' yang bersambung sanadnya dari Nabi Muhammad.

Al Hafidz bin Hazm berkata: "Di antara bukti-bukti yang menunjukkan kebathilan kisah Harut dan Marut ada di dalam salah satu firman Allah:
"Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al Hijr 8)

Kisah Habil dan Qabil

Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.

Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima", kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda".

Kedua orang tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.

Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.

Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.

Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja

Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.

Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.

Cara yang telah di ilham oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habil dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikahwinkan oleh Habil. Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki di antara sesama keluarga dan sesama suku.

Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahawa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rosak dan busuk kemudian diletakkan kedua korban itu kambing Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersandingkan menjadi isterinya.

Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia

Dengan telah jalurnya keputusan dari langit yang menerima korban Habil dan menolak korban Qabil maka pudarlah harapan Qabil untuk mempersandingkan Iqlima tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menyoalkan. Ia menyerah dan memerainya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habil yang akan dibunuh di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabil. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merosakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.

Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya. Berkata ia kepada Habil:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."
"Apa salahku?"tanya Habil. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"
Qabil berkata:"Ialah kerana korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."

Habil berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima korbanku dan menolak korbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah mungkin sesekali bahawa korban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rosak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu kerana aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."

Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabil yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia.

Penguburan Jenazah Habil

Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.
Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama kerana ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:"Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabil menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti bahawa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu peninggalannya.Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabil yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.

Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.

Kisah Qabil dan Habil Dalam Al-Quran

Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa; (Al-Maidah 5:27)

Maka nafsu jahat (Qabil) mendorongnya (sehingga ia tergamak) membunuh saudaranya, lalu ia membunuhnya. Oleh itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang rugi .(Al-Maidah 5:30)
Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya, diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbus mayat saudaranya. (Qabil) berkata: "Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbuskan mayat saudaraku?". Kerana itu menjadilah ia dari golongan orang-orang yang menyesal. (Al-Maidah 5:31)

Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam a.s.

Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima korban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak, takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang dikorbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal.Jika korban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.

Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabil.itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."

Kisah Seorang Pembunuh 100 Orang Yang Masuk Surga.

Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim...

Dahulu di kalangan Bani Israil, ada seorang pria yang sangat kejam, yang telah membunuh 100 orang.

Suatu ketika dia menyadari kesalahannya terhadap Allah. Dia pun ber­pikir tentang hari pertemuannya dengan Allah nanti, teringat saat hari kedatangannya kepada Allah untuk mempertanggungjawab­kan semua dosanya. Dia meyakini bahwa tiada yang mengampuni dosa, yang menghukumnya, yang menghisabnya, dan yang membenci seorang hamba karena dosa, kecuali hanya Allah SWT.
Selanjutnya, ia berpikir untuk kembali dan bertaubat kepadaNya agar Dia membebaskannya dari neraka.

"Para raja, jikalau budak-budaknya telah menua, mereka pasti akan memerdekakannya dengan pembebasan yang baik. Dan Engkau, wahai penciptaku, jauh lebih mudah daripada itu. Sekarang sungguh aku telah menua dalam penghambaan diri, maka bebaskanlah diriku dari neraka"
Maka keluarlah ia dengan pakaian yang masih berlumuran darah, sedang pedangnya masih meneteskan darah segar dan jari-­jarinya berlumuran darah. Ia datang bagaikan seorang yang panik sambil bertanya-tanya kepada semua orang: "Apakah aku masih bisa diampuni?"

Orang-orang berkata : "Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya, maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya apakah dirimu masih bisa diampuni."

Dia menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya orang - orang yang ahli dalam hukum Allah. Ia pun pergi ke sana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil.

Ia pun pergi dengan langkah yang cepat dengan penuh penyesalan karena dosa-dosa yang telah dilakukannya, lalu ia mengetuk pintu kuil si rahib tersebut.
Rahib tersebut keluar menyambutnya.
Lelaki pembunuh ini masuk dan ternyata pakaiannya masih berlumuran darah segar, membuat si rahib kaget dan terkejut bukan kepalang. Si rahib berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu.”

Si pembunuh bertanya: “Wahai rahib ahli ibadah, aku telah mem­bunuh 99 orang, maka masih adakah jalan bagiku untuk bertaubat?”
Rahib itu spontan menjawab: "Tiada taubat bagimu!"

Rupanya Rahib tersebut telah memutus harapan lelaki pembunuh itu, padahal yang berhak menerima atau menolak taubat seseorang hanyalah Allah SWT.
Akhirnya, si penjahat ini putus asa memandang kehidupan ini. Di matanya dunia ini terasa gelap; kehendak dan tekadnya melemah; dan keindahan yang terlihat di wajahnya menjadi buruk. Ia pun mengangkat pedangnya dan membunuh rahib ini sebagai balasan yang setimpal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya.

...

Selanjutnya, ia keluar menemui orang-orang guna menanya­kan kembali kepada mereka, bukan karena alasan apa pun, melainkan karena jiwanya sangat menginginkan untuk taubat dan kembali ke jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya.

Ia bertanya kepada mereka: "Masih adakah jalan untuk ber­taubat bagiku?"
Mereka menjawab: "Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan, seorang alim, tapi bukan seorang rahib."

Si pembunuh itu pergi menemui orang alim itu yang saat itu berada di majelisnya sedang mengajar.
Orang alim itu pun tersenyum menyambut kedatangannya.
Begitu melihatnya, ia langsung menyambutnya dengan hangat dan mendudukkannya di sebelahnya setelah memeluk dan menghormatinya. Ia bertanya: "Apakah keperluanmu datang kemari?"

Ia menjawab: "Aku telah membunuh 100 orang, maka masih adakah jalan taubat bagiku?"
Orang alim itu balik bertanya: "Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dengan taubat dan siapakah yang mencegahmu dari melakukan taubat? Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan; bergembiralah dengan perkenan dari-Nya; dan bergembiralah dengan taubat yang mulus."

Ia berkata: "Aku mau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah."
Orang alim berkata: "Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima taubatmu."
Selanjutnya, orang alim itu berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau tinggal di kampung yang jahat, di mana sebagian kampung itu memberikan pengaruh untuk berbuat durhaka dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang siapa yang lemah imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta memudahkannya untuk melakukan tindakan menen­tang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam kegelapan lembah dan jurang kesesatan. Akan tetapi, apabila suatu masya­rakat yang di dalamnya menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan bagi para penghuninya."

"Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampung yang jahat itu menuju ke kampung yang baik. Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu dengan kampung yang baik dan bergaulah kamu dengan para pemuda yang shalih yang akan menolong dan membantumu untuk bertaubat."

Si pembunuh itu pun pergi dengan langkah yang cepat dan hati yang gembira dengan berita dan pengharapan ini. Ketika ia telah berada di tengah jalan, tiba-tiba ia jatuh sakit dan sekaratul maut datang menjemputnya.

...

Sebelum meninggal, dia sempat mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah. Dia memang belum pernah shalat, belum pernah puasa, belum pernah bershadaqah, belum pernah zakat, dan belum pernah mengerjakan kebaikan sama sekali, namun dia kembali kepada Allah dengan bertaubat, menyesal, berharap, dan takut kepada-Nya.

Maka datanglah malaikat rahmat dan malaikat adzab untuk mengambil dan menerima nyawanya dari malaikat maut yang mencabutnya. Mereka terlibat perselisihan yang sengit dalam memperebutkannya. Malaikat rahmat berkata: "Sesungguhnya dia datang untuk bertaubat dan menghadap kepada Allah menuju kepada kehidupan yang taat, kembali kepada Allah, dan dilahirkan kembali melalui taubatnya itu. Oleh karena itu, dia adalah bagian kami."

Malaikat adzab berkata: "Sesungguhnya dia belum pernah melakukan suatu kebaikan pun. Dia tidak pernah sujud, Tidak pernah shalat, tidak pernah zakat, dan tidak pernah bershadaqah, maka dengan alasan apakah dia berhak mendapatkan rahmat? Bahkan dia termasuk bagian kami."

Allah pun mengirimkan malaikat lain dari langit untuk melerai persengketaan mereka. Selanjutnya, malaikat yang baru diutus itu pun datang kepada mereka yang telah menjadi dua golongan yang bertengkar.

Malaikat yang baru berkata kepada mereka: "Tahanlah oleh kalian. Sesungguhnya solusinya menurutku ialah hendaklah kalian sama-sama mengukur jarak antara lelaki ini dan tanah yang ia tinggalkan, yaitu kampung yang jahat, dan jarak antara dia dan kampung yang ditujunya, yaitu kampung yang baik."

Ketika mereka sedang sama-sama mengukur, ternyata Allah telah memerin­tahkan kepada kampung yang jahat untuk menjauh dan kepada kampung yang baik untuk mendekat.

Riwayat lain menyebutkan bahwa sesungguhnya lelaki pembunuh 100 orang ini menonjolkan dadanya ke arah kampung yang baik. Akhirnya, mereka menjumpai mayat lelaki jahat ini lebih dekat kepada penduduk kampung yang baik dan mereka memutuskan bahwa lelaki ini adalah bagian untuk malaikat rahmat. Malaikat rahmat pun mengambilnya untuk dimasukkan ke dalam surga.

Pesan yang Terkandung Dalam Kisah di Atas

Pembunuhpun masih memiliki kesempatan untuk bertaubat. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, namun Dia mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, bagi siapa yang Dia kehendaki." (An Nisaa’: 48).

Yaitu Allah mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, apabila Dia menghendaki. Ini merupakan pendapat mayoritas para ulama. Ayat ini juga menunjukkan tentang keutamaan ikhlas dan ikhlas merupakan sebab dosa terampuni.

Orang yang bertaubat hendaknya berpindah dari lingkungan yang jelek ke lingkungan yang baik. Karena bergaul dengan orang-orang sholeh merupakan penyebab iman menjadi kuat dan tipu daya setan makin lemah.

Kisah Nabi Adam as.

Allah  SWT  berkehendak  untuk  menciptakan  Nabi  Adam.  Allah  SWT  berfirman  kepada  para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. "(QS. al-Baqarah: 30)

Terdapat  perbedaan  pendapat  berkenaan  dengan  makna  khilafah  (perihal  menjadi  khalifah) Nabi  Adam.  Ada  yang  mengatakan,  bahwa  ia  sebagai  khalifah  dari  kelompok  manusia  yang pertama-tama  datang  ke  bumi  di  mana  kelompok  ini  membuat  kerusakan  dan  menumpahkan darah  di  dalamnya.  Ada  yang  mengatakan,  bahwa  ia  adalah  khalifatullah,  dengan  pengertian bahwa  ia  sebagai  khalifah  (utusan  Allah)  dalam  melaksanakan  perintah-perintah-Nya  dan hukum-hukum-Nya,  karena  ia  adalah  utusan  Allah  yang  pertama.  Demikianlah  yang  kamiyakini.

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."

Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:

"Ingatlah   ketika   Tuhanmu   berfirman   kepada   para   malaikat:   'Sesungguhnya   Aku   hendak menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi.'  Mereka  berkata:  'Mengapa Engkau  hendak menjadikan   khalifah   di   bumi   itu   orang   yang   akan   membuat   kerusakan   padanya   dan menumpahkan   darah,   padahal   Kami   senantiasa   bertasbih   dengan   memuji   Engkau   dan menyucikan Engkau ?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamuketahui'."(QS. al-Baqarah: 30)

Berkenaan  dengan  ayat  tersebut,  para  mufasir  memberikan  komentar  yang  beragam.  Dalam tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak   dapat   ditafsirkan   zahirnya.   Sebab,   dilihat   dari   ketentuan   dialog   (at-Takhathub)   ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping itu,  ia  juga mengandung  pemberitahuan  dari-Nya  kepada  para malaikat yang  kemudian  diikuti dengan  penentangan  dan  perdebatan  dari  mereka.  Hal  seperti  ini  tidak  layak  bagi  Allah  SWT dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang lain."

Sedangkan  dalam  tafsir  al-Jami'  li  Ahkamil  Qur'an  disebutkan:  "Sesungguhnya  Allah  telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi," (QS. al-Baqarah: 30)

Mereka  bertanya:  "Apakah  ini  adalah  khalifah  yang  Engkau  ceritakan  kepada  kami  bahwa mereka  akan  membuat  kerusakan  di  muka  bumi  dan  menumpahkan  darah,  ataukah  khalifah selainnya?"  Dalam  tafsir  Fi  Zhilalil  Qur'an  disebutkan:  "Sesungguhnya  para  malaikat  melalui fitrah  mereka  yang  suci  yang  tidak  membayangkan  kecuali  kebaikan  dan  kesucian,  mereka mengira  bahwa  tasbih  dan  mengultuskan  Allah  adalah  puncak  dari  segala  wujud.  Puncak  ini terwujud  dengan  adanya  mereka,  sedangkan  pertanyaan  mereka  hanya  menggambarkan keheranan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."

Kita  melihat  bagaimana  para  mufasir  berijtihad  untuk  menyingkap  hakikat,  lalu  Allah  SWT menyingkapkan  kedalaman  dari  Al-Qur'an  pada  masing-masing  dari  mereka.  Kedalaman  Al-Qur'an  sangat  mengagumkan.  Kisah  tersebut  disampaikan  dalam  gaya  dialogis,  suatu  gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah SWT berfirman:

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan  kepada  bumi:  Datanglah  kamu  keduanya  menurut  perintah-Ku  dengan  suka  hati  atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati'."(QS. Fushshilat: 11)

Apakah  seseorang  membayangkan  bahwa  Allah  SWT  berbicara  dengan  langit  dan  bumi,  danbumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah    SWT    memerintahkan    langit    dan    bumi    sehingga    keduanya    taat.    Allah    SWT menggambarkan  apa  yang  terjadi  dengan  gaya  dialogis  hanya  untuk  meneguhkan  dalam pikiran  dan  menegaskan  maknanya  serta  penjelasannya.  Penggunaan  gaya  dramatis  dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.

Kita  membayangkan  bahwa  Allah  SWT  ketika  menetapkan  penciptaan  Nabi  Adam,  Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agarmereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah  SWT  dari  hal  yang  demikian  itu.  Allah  SWT  memberitahukan  mereka  bahwa  Dia  akan menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahwa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerusakkan di muka bumi dan menumpahkan darah  di  dalamnya.  Lalu  para  malaikat  yang  suci  mengalami  kebingungan.  Bukankah  mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahasia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini?  Kebingungan  melaikat  dan  keinginan  mereka  untuk  mendapatkan  kemuliaan  sebagai khalifah  di  muka  bumi,  dan  keheranan  mereka  tentang  penghormatan  Adam  dengannya,  dan masih  banyak  segudang  pertanyaan  yang  tersimpan  dalam  diri  mereka.  Namun  Allah  SWT segera  menepis  keraguan  mereka  dan  kebingungan  mereka,  dan  membawa  mereka  menjadi yakin dan berserah diri. Firman-Nya:

"SesungguhnyaAku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut menunjukan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang karenanya  mereka  dapat  berserah  diri  dan  meyakini  kebenaran  kehendak  Allah.  Kita  tidak membayangkan   terjadinya   dialog   antara   Allah   SWT   dan   para   malaikat   sebagai   bentuk pengultusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Dan kita meyakini bahwa  dialog  terjadi  dalam  diri  malaikat  sendiri  berkenaan  dengan  keinginan  mereka  untuk mengemban  khilafah  di  muka  bumi,  kemudian  Allah  SWT  memberitahu  mereka  bahwa  tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.

Sesungguhnya  tasbih  pada  Allah  SWT  dan  menyucikan-Nya  adalah  hal  yang  sangat  mulia  di alam   wujud,  namun  khilafah  di  muka  bumi  bukan  hanya  dilakukan  dengan  hal  itu.  Ia membutuhkan  karakter  yang  lain,  suatu  karakter  yang  haus  akan  pengetahuan  dan  lumrah baginya  kesalahan.  Kebingungan  atau  keheranan  ini,  dialog  yang  terjadi  dalam  jiwa  para malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan NabiAdam, semua ini layak bagi para malaikat dan  tidak  mengurangi  kedudukan  mereka  sedikit  pun.  Sebab,  meskipun  kedekatan  mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukanmereka sebagai hamba Allah SWT di mana mereka  tidak  mengetahui  ilmu  Allah  SWT  dan  hikmah-Nya  yang  tersembunyi,  serta  alam gaibnya  yang  samar.  Mereka  tidak  mengetahui  hikmah-Nya  yang  tinggi  dan  sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.

Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeda dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeda dengan hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan  darahdan  membuat  kerusakkan.  Sesungguhnya  Nabi  Adam  akan  menjadi ciptaan  baru  dan  keberadaannya  disertai  dengan  hikmah  yang  tinggi  yang  tidak  ada  seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku."(QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibnu  Abbas  membaca  ayat  tersebut:  "Liya'rifuun"  (agar  mereka  mengenal  Aku).  Pengetahuan merupakan   tujuan   dari   penciptaan   manusia.   Dan   barangkali   pendekatan   yang   terbaik berkenaan  dengan  tafsir  ayat  tersebut  adalah  apa  yang  disampaikan  oleh  Syekh  Muhammad Abduh:  "Dialog  yang  terdapat  dalam  ayat  tersebut  adalah  urusan  Allah  SWT  dengan  para malaikat-Nya  di  mana  Dia  menggambarkan  kepada  kita  dalam  kisah  ini  dengan  ucapan, pertanyaan,  dan  jawaban.  Kita  tidak  mengetahui  hakikat  hal  tersebut.  Tetapi  kita  mengetahui bahwa  dialog  tersebut  tidak  terjadi  sebagaimana  lazimnya  yang  dilakukan  oleh  sesama  kita, manusia."

Para  malaikat  mengetahui  bahwa  Allah  SWT  akan  menciptakan  khalifah  di  muka  bumi.  Allah SWT  menyampaikan  perintah-Nya  kepada  mereka  secara  terperinci.  Dia  memberitahukan bahwa  Dia  akan  menciptakan  manusia  dari  tanah.  Maka ketika  Dia  menyempurnakannya  dan meniupkan  roh  di  dalamnya,  para  malaikat  harus  bersujud  kepadanya.  Yang  harus  dipahami bahwa  sujud tersebut  adalah  sujud  penghormatan,  bukan  sujud  ibadah,  karena  sujud  ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku  akan menciptakan manusia dari  tanah.'  Maka  apabila  telah   Kusempurnakan  kejadiannya  dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. '  Lalu  seluruh  malikat  itu  bersujud  semuanya,  kecuali  Iblis.  Dia  menyombongkan  diri  dan  dia termasuk orang-orang yang kafir."(QS. Shad: 71-74)

Allah  SWT  mengumpulkan  segenggam  tanah  dari  bumi;  di  dalamnya  terdapat  yang  berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh karena itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur  hitam  yang  diberi  bentuk.  Dari  tanah  inilah  Allah  menciptakan  Nabi  Adam.  Allah  SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.

Selanjutnya,  Nabi  Adam  membuka  kedua  matanya  dan  ia  melihat  para  malaikat  semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk  yang  tidak  mau  bersujud  itu.  Ia  tidak  mengenalnamanya.  Iblis  berdiri  bersama  para malaikat  tetapi  ia  bukan  berasal  dari  golongan  mereka.  Iblis  berasal  dari  kelompok  jin.  Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:

"Allah  berfirman:  'Hai  Mis,  apa  yang  menghalangi  kamu  sujud  kepada  yang  telah  Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang  yang  lebih  tinggi?  'Iblis  berkata:  'Aku  lebih  baik  daripadanya,  karena  Engkau ciptakan  aku  dari  api,  sedangkan  dia  Engkau  ciptakan  dari  tanah.'  Allah  berfirman:  'Maka keluarlah  kamu  dari  surga;  sesungguhnya  kamu  adalah  orang  yang  terkutuk.  Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Mis berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka'."(QS. Shad: 75-83)

Nabi  Adam  mengikuti  peristiwa  yang  terjadi  di  depannya.  Ia  merasakan  suasana  cinta,  rasa takut,   dan   kebingungan.   Nabi   Adam   sangat   cinta   kepada   Allah   SWT   yang   telah menciptakannya  dan  memuliakannya  dengan  memerintahkan  para  malaikat-Nya  untuk  sujud kepadanya.  Adam  juga  merasa  takut  saat  melihat  Allah  SWT  marah  terhadap  iblis  dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Kemudian  alangkah  anehnya  alasan  iblis.  Ia  membayangkan  bahwa  api  lebih  baik  dari  tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari  kebangkitan.  Iblis  tidak  ingin  mad.  Namun  Allah  SWT  mengetahui  bahwa  ia  akan  tetap hidup  sampai  hari  yang  ditentukan.  Ia  akan  hidup  sampai  menjemput  ajalnya  dan  kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya.  Akhirnya,  Nabi  Adam  mengetahui  musuh  abadinya.  Nabi  Adam  bingung  dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog  antara  Allah  SWT  dan  para  malaikat-Nya  dan  Anda  cenderung  menakwilkan  ayat-ayat tersebut,  sedangkan  Anda  menerima  adanya  dialog  antara  Allah  dan  iblis."  Saya  jawab: "Sesungguhnya  akal  menunjukkan  kita  kepada  kesimpulan  tersebut.  Terjadinya  dialog  antara Allah  SWT  dan  para  malaikat-Nya  adalah  hal  yang  mustahil  karena  para  malaikat  suci  dari kesalahan  dan  dosa  dan  keinginan-keinginan  manusiawi  yang  selalu  mencari  ilmu.  Sesuai dengan  karakter  penciptaan  mereka,  mereka  adalah  pasukan  yang  setia  dan  mulia.  Adapun iblis  ia  terikat  dan  tunduk  terhadap  ketentuan  agama,  dan  karakternya  sebagai  jin  mendekati karakter  jenis  ciptaan  Nabi  Adam.  Dengan kata lain,  bahwa  jin  dapat  beriman  dan  dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka  tertipu  oleh  kesombongan  yang  palsu  sehingga  mereka  mempunyai  gambaran  yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di siniberarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung—setelah penciptaannya—kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggung  jawab.  Terjadinya  pelajaran  ini  di  depan  Nabi  Adam  mengandung  maksud  yang dalam.

Allah  SWT  tidak  pernah  mencabut  kebebasan  yang  diberikan-Nya  kepada  iblis.  Namun  pada akhirnya,  iblis tetap  sebagai  hamba  yang kafir.  Iblis  benar-benar menolak  untuk  sujud kepada Nabi  Adam.  Allah  SWT  mengetahui  bahwa  ia  akan  menolak  untuk  sujud  kepada  Nabi  Adam dan  akan  menentang-Nya.  Bisa  saja  Allah  SWT  menghancurkannya  atau  mengubahnya menjadi  tanah  namun  Allah  memberikan  kebebasan  kepada makhluk-makhluk-Nya  yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang kafir  dan  orang-orang  yang  bermaksiat  kepada-Nya  tidak  berarti  meng-urangi  kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.

Adam menyadari bahwa kebebasan di alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan  itu.  Setelah  mempelajari  pelajaran  kebebasan,  Nabi  Adam  mempelajari  pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan di  alam  wujud.  Sebagaimana  ia  mengetahui  bahwa  para  malaikat  adalah  simbol  kebaikan, sementara   ia   belum   mengenal   dirinya   saat   itu.   Kemudian   Allah   SWT   memberitahukan kepadanya  tentang  hakikatnya,  hikrnah  penciptaannya,  dan  rahasia  penghormatannya.  Allah SWT berfirman:

"Dan  Dia  mengajarkan  kepada  Adam  nama-nama  (benda-benda)  seluruhnya.  "(QS.  al-Baqarah: 31)

Allah  SWT  memberinya  rahasia  kemampuan  untuk  meringkas  sesuatu  dalam  simbol-simbol dan  nama-nama.  AllahSWT  mengajarinya  untuk  menamakan  benda-benda:  ini  burung,  ini bintang,  ini  pohon,  ini  awan,  dan  seterusnya.  Nabi  Adam  mempelajari  semua  nama-nama tersebut. Yang dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan  pengetahuan  yang  luas  dalam  jiwa  Nabi  Adam  dan  keinginan  yang  terus mendorongnya  untuk  mengetahui  sesuatu.  Hasrat  untuk  menggali  ilmu  dan  belajar  juga diwariskan  kepada  anak-anaknya  Nabi  Adam.  Inilah  tujuan  dari  penciptaan  Nabi  Adam  dan inilah rahasia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama  benda-benda;  kekhususannya  dan  kemanfaatannya,  Allah  SWT  menunjukkan  benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS. al-Baqarah: 31)

Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali  nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah  SWT tentang  kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:

"Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.

"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS. al-Baqarah: 32)

Yakni,  mereka  mengembalikan  semua  ilmu kepada  Allah  SWT.  Allah  SWT  berkata  kepada Adam:

"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."(QS. al-Baqarah: 33)

Kemudian  Nabi  Adam  memberitahu  mereka  setiap  benda  yang  Allah  SWT  tunjukkan  kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:

"Dan   Dia   mengajarkan   kepada   Adam   nama-nama   (benda-benda)   seluruhnya,   kemudian mengemukakannya  kepada  para  malaikat  itu  lalu  berfirman:  'Sebutkanlah  kepada-Ku  nama benda-benda  itu  jika  kamu  memang  orang-orang  yang  benar.'  Mereka  menjawab:  'Maha  Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya  Engkaulah  Yang  Maha  Mengetahui  lagi  Maha  Bijaksana.  Allah  berfirman:  'Hai Adam,  beritahukanlah  kepada  mereka  nama-nama  benda  ini.'  Maka  setelah  diberitahukannya kepada   mereka   nama   benda-benda   itu,   Allah   berfirman:   'Bukankah   sudah   Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)

Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka tunjukkan,  ketika  Dia  memberitahu  mereka  tentang  penciptaan  Nabi  Adam  sebagaimana  Dia mengetahui  kebingungan  yang  mereka  sembunyikan  dan  sebagaimana  juga  Dia  mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.

Para malaikat menyadari bahwa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui  sebab-sebab  kemakmuran  bumi  dan  pengubahannya  dan  penguasaanya,  serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.

Adalah  hal  yang  maklum  bahwa  kesempurnaan  manusia  tidak  akan terwujud  kecuali  dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.

Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun  para  malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:

Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur."Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: "Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan  aku  darimu  saat  kamu  tidur."  Adam  bertanya:  "Mengapa  Allah  menciptakan kamu?" Ia  menjawab:  "Agar  engkau  merasa  tenteram  denganku."  Adam  berkata: "Segala  puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."

Para  malaikat  bertanya  kepada  Adam  tentang  namanya.  Nabi  Adam  menjawab:  "Namanya Hawa." Mereka  bertanya:  "Mengapa  engkau  menamakannya  Hawa,  wahai  Adam?" Adam berkata: "Karena ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."

Nabi  Adam  adalah  makhluk  yang  suka  kepada  pengetahuan.  Ia  membagi  pengetahuannya kepada  Hawa,  di  mana  ia  menceritakan  apa  yangdiketahuinya  kepada  pasangannya  itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:

"Dan  Kami  berfirman:  'Hai  Adam,  tinggallah  kamu  dan  istrimu  di  surga  ini,  dan  makanlah makanan-makanannya  yang  banyak  lagi  baik  di  mana  saja  yang  kamu  sukai,  dan  janganlah kamu  dekati  pohon  ini,  yang  menyebabkan  kamu  termasuk  orang-orang  yang  lalim'."  (QS.  al-Baqarah: 35)

Kita  tidak  mengetahui  tempat  surga  ini.  Al-Qur'an  tidak  membicarakan  tempatnya,  dan  para mufasir  berbeda  pendapat  tentang  hal  itu.  Sebagian  mereka  berkata:  "Itu  adalah  surga  yang bakal  dihuni  oleh  manusia  (jannah  al-Ma'wa)  dan  tempatnya  di  langit."  Namun  sebagian  lagi menolak  pendapat  tersebut.  Sebab  jika  ia  adalah  jannah  al-Ma'wa  maka  iblis  tidak  dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia adalah  surga  yang  lain,  yang  Allah  ciptakan  untuk  Nabi  Adam  dan  Hawa."  Bahkan  ada  juga yang  berpendapat  bahwa  ia  adalah  surga  (taman)  dari  taman-taman  bumi  yang  terletak  di tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat tersebut  apa  adanya   dan  menghentikan  usaha  untuk  mencari  hakikatnya.   Kami  sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.

Nabi  Adam  dam  Hawa  memasuki  surga  dan  di  sana  mereka  berdua  merasakan  kenikmatan manusiawi   semuanya.   Di   sana   mereka   juga   mengalami   pengalaman-pengalaman   yang berharga.  Kehidupan  Nabi  Adam  dan  Hawa  di  surga  dipenuhi  dengan  kebebasan  yang  tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di  surga  bersama  Hawa.  Ia  tidak  lagi  mengalami  kesepian.  Ia  banyak  menjalin  komunikasi dengan  Hawa.  Mereka  menikmati  nyanyian  makhluk,  tasbih  sungai-sungai,  dan  musik  alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain  satu  pohon,  yang  barangkali  ia  adalah  pohon  penderitaan  atau  pohon  pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki surga:

"Dan  janganlah  kamu  dekati  pohon  ini,  yang  menyebabkan  kamu  termasuk  orang-orang  yang lalim." (QS. al-Baqarah: 35)

Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik  serta  tekadnya  melemah.  Maka  iblis  memanfaatkan  kemanusiaan  Nabi  Adam  dan mengumpulkan   segala   kedengkiannya   yang   disembunyikan   dalam   dadanya.   Iblis   terus berusaha  membangkitkan  waswas  dalam  diri  Nabi  Adam.  Apakah  aku  akan  menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam  dirinya. Apa  yang  akan  terjadi  seandainya  ia  memakan  buah  tersebut,  barangkali  itu benar-benar   pohon   keabadian.   Nabi   Adam   memang   memimpikan   untuk   kekal   dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam surga.

Berlalulah  waktu  di  mana  Nabi  Adam  dan  Hawa  sibuk memikirkan  pohon  itu.  Kemudian  pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka sejak  dahulu.  Nabi  Adam  mengulurkan  tangannya  ke  pohon  itu  dan  memetik  salah  satu buahnya  dan  kemudian  memberikannya  kepada  Hawa.  Akhirnya  mereka  berdua  memakan buah terlarang itu.

Allah SWT berfirman:

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak  benar  apa  yang  disebutkan  oleh kitab-kitab  kaum  Yahudi  bahwa  Hawa  menggoda  Nabi Adam  yang  karenanya  ia  bertanggung  jawab  terhadap  pemakanan  buah  itu.  Nas  Al-Qur'an tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas  apa  yang  terjadi.  Demikianlah  setan  disalahkan  dan  Nabi  Adam  juga  disalahkan  karena kesombongan.  Salah  seorang  dari  mereka  menghina  manusia,  dan  yang  lain  ingin  menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum  selesai  Nabi  Adam  memakan  buah  tersebut  sehingga  ia  merasakan  penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang memancar  dari  dalam  dirinya.  Ia  mengetahui  bahwa  ia  tak  berbusana,  demikian  juga  istrinya. Akhirnya,  ia  mengetahui  bahwa  ia  seorang  lelaki  dan  bahwa  istrinya  seorang  wanita.  Ia  dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.

Nabi  Adam  dan  Hawa  turun  ke  bumi.  Mereka  keluar  dari  surga.  Nabi  Adam  dalam  keadaan sedih  sementara  Hawa  tidak  henti-hentinya  menangis.  Karena  ketulusan  taubat  mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, dimana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan." (QS. al-A'raf: 25)

Kemudian  Allah  SWT menceritakan kisah tentang  pelajaran ketiga  yang diperoleh  Nabi  Adam selama keberadaannya di surga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.

Allah SWT berfirman:

"Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu),  dan  tidak  Kami  dapati  padanya  kemauan  yang  kuat.  Dan  (ingatlah)  ketika  Kami  berkata kepada   malaikat:   'Sujudlah   kamu   kepada   Adam,'   maka   mereka   sujud   kecuali   Mis.   la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini(Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang  menyebabkan  kamu  menjadi  celaka.  Sesungguhnya  kamu  tidak  akan  kelaparan  di dalamnya  dan  tidak  akan  telanjang,  dan  sesungguhnya  kamu  tidak  akan  merasa  dahaga  dan tidak  pula  akan  ditimpa  panas  matahari  di  dalamnya.'  Kemudian  setan  membisikkan  pikiran jahat  kepadanya,  dengan  berkata:  'Hai  Adam,  maukah  saya  tunjukkan  kepada  kamu  pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu  tampaklah  bagi  keduanya  aurat-auratnya  dan  mulailah  keduanya  menutupinya  dengan daun-daun  (yang  ada  di)  surga,  dan  durhakalah  Adam  dan  sesatlah  ia.  Kemudian  Tuhannya memilihnya   maka   Dia   menerima   taubatnya   dan   memberinya   petunjuk.   Allah   berfirman: 'Turunlah  kamu  berdua  dari  surga  bersama-sama,  sebagian  kamu  menjadi  musuh  bagi sebagian  yang  lain.  Maka  jika  datang  kepadamu  petunjuk  dari-Ku,  lalu  barangsiapa  yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)

Sebagian  orang  menganggap  bahwa  Nabi  Adam  keluar  dari  surga  karena  kesalahannya  dan kemaksiatannya.  Ini  adalah  anggapan  yang  tidak  benar  karena  Allah  SWT  berkehendak menciptakan  Nabi  Adam  di  mana  Dia  berkata  kepada  malaikat:"Sesungguhnya  aku  akan menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi."  Dan  Dia  tidak  mengatakan  kepada  mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di surga."

Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunankemuliaan  sebagaimana  dikatakan  oleh  kaum  sufi.  Allah  SWT  mengetahui  bahwa Nabi  Adam  dan  Hawa  akan  memakan  buah  itu,  dan  selanjutnya  mereka  akan  turun  ke  bumi. Allah  SWT  juga  mengetahui  bahwa  setan  akan  merampas  kebebasan  mereka.  Pengalaman merupakan  dasar  penting  dari  proses  menjadi  khalifah  di  muka  bumi  agar  Nabi  Adam  dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan mereka—bahwa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.

Apakah dikatakan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi Adam  terpaksa  atau  dipaksa  untuk  berbuat  kesalahan  sehingga  ia  keluar  dari  surga  dan kemudian  turun  ke  bumi?  Sebenarnya  anggapan  ini  tidak  kalah  bodohnya  dari  anggapan pertama.   Sebab,   Nabi   Adam   merasakan   kebebasan   sepenuhnya,   yang   karenanya   ia mengemban  tanggung  jawab  dari  perbuatannya.  Ia  durhaka  dan  memakan  buah  tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan  kebebasannya,  bahkan  keberadaannya  yang  asli  bersandar  kepada  kebebasannya. Alhasil,  Allah  SWT  mengetahui  apa  yang  bakal  terjadi.  Dia  mengetahui  sesuatu  sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu berarti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang  memaksa.  Dengan  kata  lain,  Allah  SWT  mengetahui  apa  yang  akan  terjadi,  tetapi  Dia tidak  men-cegahnya  atau  mendorongnya  agar  terjadi.  Allah  SWT  memberikan  kebebasan kepada  hamba-hamba-Nya  dan  semua  makhluk-Nya.  Yang  demikian  itu  berkenaan  dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.

Nabi  Adam  memahami  pelajaran  ketiga.  Ia  memahami  bahwa  iblis  adalah  musuhnya.  Secara pasti   ia   mengerti   bahwa   iblis   adalah   penyebab   ia   kehilangan   nikmat   dan penyebab kehancurannya.  Ia  mengerti  bahwa  Allah  SWT  akan  menyiksa  seseorang  jika  ia  berbuat maksiat, dan bahwa jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristigfar dan mengucapkan:

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al-A'raf: 23)

Allah  SWT  menerima  taubatnya  dan  memaafkannya  serta  mengirimnya  ke  bumi.  Nabi  Adam adalah  Rasul  pertama  bagi  manusia.  Mulailah  kehidupan  Nabi  Adam  di  bumi.  Ia  keluar  dari surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh  kaumnya  dengan  cara  keluar  dari  negerinya  atau  berhijrah.  Di  sana  Nabi  Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini(di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.

Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus  menghadapi  penderitaan  dan  pergulatan, di  mana  ia  harus  menanggung kesulitan  agar dapat  makan,  dan  ia  harus  melindungi  dirinya  dengan  pakaian  dan  senjata,  serta  melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan  sesudahnya,  ia  harus  meneruskan  pertempurannya  dengan  pangkal  kejahatan  yang menyebabkannya keluar  dari  surga,  yaitu  setan.  Di  bumi,  setan membuat  waswas  kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan   kebaikan   dan   pasukan   kejahatan   di   bumi   tidak   akan   pernah   berhenti.   Maka barangsiapa  yang  mengikuti  petunjuk  Allah  SWT,  ia  tidak  akan  merasakan  ketakutan  dan kesedihan,  dan  barangsiapa  yang  bermaksiat  kepada  Allah  SWT  dan  mengikuti  makhluk  api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.

Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya di  atas  bumi.  Satu-satunya  yang  dapat  meringankan  kesedihannya  adalah,  bahwa  ia  menjadi penguasa   di   bumi,   yang   karenanya   ia   harus   menundukkannya,   memakmurkannya,   dan membangunnya  serta  melahirkan  keturunan  yang  baik  di  dalamnya,  sehingga  mereka  dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki  dan  seorang  perempuan,  dan  pada  perut   berikutnya  seorang  lelaki  dan  seorang perempuan,  maka  dihalalkan  perkawinan  antara  anak  lelaki  dari  perut  pertama  dengan  anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.

Nabi  Adam  mengajak  mereka  untuk  menyembah  Allah  SWT.   Nabi  Adam  menyaksikan kecenderungan   pertama   dari   anaknya   terhadap   pangkal   kejahatan,   yaitu   iblis   sehingga terjadilah  kejahatan  pembunuhan  yang  pertama  kali  di  muka  bumi.  Salah  seorang  anak  Nabi Adam  membunuh  saudara  kandungnya  sendiri.  Anak  yang  jahat  itu  membunuh  saudaranya yang baik. Allah berfirman:

"Ceritakanlah  kepada  mereka  kisah  kedua  putra  Adam  (Habil  dan  Qabil)  menurut  yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)." (QS. al-Maidah: 27)

Dikatakan  bahwa  pembunuh  ingin  merebut  istri  saudara  kandungannya  untuk  dirinya  sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari mereka menghadirkan kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah satu dari mereka dan menolak kurban yang lain:

"Ia  (Qabil)  berkata:  'Aku  pasti  membunuhmu.'  Berkata  Habil:  'Sesungguhnya  Allah  hanya menerima  (kurban)  dari  orang-orang  yang  bertakwa.  Sungguh  kalau  kamu  menggerakkan tanganmu  kepadaku  untuk  membunuhku,  aku  sekali-kali  tidak  akan  menggerakkan  tanganku untuk  membunuhmu.  Sesungguhnya  aku  takut  kepada  Allah,  Tuhan  sekalian  alam."  (QS.  al-Maidah: 27-28)

Perhatikanlah   bagaimana   Allah   SWT   menyampaikan   kepada   kita   kalimat-kalimat   yang diucapkan  oleh  anak  Nabi  Adam  yang  terbunuh  sebagai  syahid,  dan  ia  menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:

"Sesungguhnya  aku  ingin agar  kamu  kembali  dengan  membawa  dosa  membunuhku  dan dosamu  sendiri,  maka  kamu  akan  menjadi  penghuni  neraka,  dan  yang  demikian  itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim." (QS. al-Maidah: 29)

Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yangtersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah. Kemudian  saudaranya  yang  jahat  membawanya  menuju  saudara  kandungnya  yang  sedang tidur,  lalu  ia  mengangkat  tangannya  dan  menjatuhkan  dengan keras  dan  cepat.  Anak  laki-laki baik  itu  tampak  pucat  wajahnya  ketika  melihat  darah  mengucur  darinya,  lalu  ia  bangun.  Ia bermimpi  saat  tidur.  Lalu  si  pembunuh  menghantam  saudaranya  sehingga  tidak  tampak  lagi gerakan  dari  tubuhnya.  Si  pembunuh  puas  bahwa  saudara  kandungnya  benar-benar  mati. Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.

Rasulullah  saw  bersabda:  "Setiap  orang  yang  membunuh  jiwa  yang  tak  berdosa  maka  anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya karena ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa  yang  akan  dikatakannya  terhadap  Nabi  Adam,  ayahnya,  jika  ia  bertanya  kepadanya tentang  hal  itu.  Nabi  Adam  mengetahui  bahwa  mereka  berdua  keluar  bersama-sama  lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainyaia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu  di  depan  ayahnya,  maka  di  manakah  ia  dapat  menyembunyikan  jasadnya,  dan  di  mana  ia dapat  membuangnya?  Saudaranya  yang  terbunuh  itu  merupakan  manusia  yang  pertama  kali mad  di  muka  bumi  sehingga  tidak  diketahui  bagaimana  cara  menguburkan  orang  yang  mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah  dengan  suara  burung  yang  berteriak  sehingga  ia  merasa  ketakutan.  Pembunuh  itu menoleh  dan  menemukan  seekor  burunggagak  yang  berteriak  di  atas  bangkai  burung gagak yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu   ia   mulai   menggali   tanah   dengan   paruhnya   dan   kedua   kakinya.   Kemudian   ia mengangkatnya  dengan  paruhnya  dan  meletakkannya  dengan  lembut  dalam  kuburan.  Lalu  ia menimbunkannya  di  atas  tanah.  Setelah  itu,  ia  terbang  di  udara  dan  kembali  berteriak.  Si pembunuh  berdiri  dan  ia  mundur  untuk  meraih  jasad  saudara  kandungnya  dan  kemudian berteriak:

"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)

Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahwa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan  iblis  berhasil  "mencuri"  seorang  anak  Nabi  Adam.  Bergetarlah  tubuh  si  pembunuh  dan  ia mulai   menangis   dengan keras,   lalu   ia   menggali   kuburan   saudara   kandungnya.   Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:

"Ini  adalah  perbuatan  setan.  Sesungguhnya  setan  itu  adalah  musuh  yang  menyesatkan  lagi nyata." (QS. al-Qashash: 15)

Nabi  Adam  merasakan  kesedihan  mendalam  atas  hilangnya  salah  satu  anaknya.  Salah seorang  dari  mereka mad  dan  yang  lain  dikuasai  oleh  setan.  Nabi  Adam  salat  untuk  anaknya yang  mati,  dan  kemudian  ia  kembali  menjalani  kehidupannya  di  muka  bumi.  Beliau  adalah manusia  yang  bekerja  dan  mengalami  penderitaan.  Seorang  Nabi  yang  menasihati  anak-anaknya  dan  cucu-cucunya,  serta  mengajak  mereka  untuk  menyembah  Allah  SWT.  Beliau menceritakan  kejahatan  iblis  kepada  mereka,  dan  meminta  kepada  mereka  agar  berhati-hati darinya.  Beliau  menceritakan  pengalaman pribadinya  bersama  iblis  kepada  mereka,  dan menceritakan  kehidupannya  bersama  anaknya  yang  tega  membunuh  saudara  kandungnya sendiri.

Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya  tersebar  di  bumi,  lalu  datanglah  waktu  malam  di  atas  bumi.  Angin  bertiup  sangat kencang.  Dan  bergoncanglah  daun-daun  pohon  tua  yang  ditanam  oleh  Nabi  Adam,  dimana dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu  menjadi  tegak  setelah  berlalunya  angin,  air  mulai  berjatuhan  di  antara  cabang-cabangnya dan  tampak  dari  jauh  bahwa  pohon  itu  sedang menarik  dirinya  (memisahkan diri)  dari  air  dan menangis.  Pohon  itu  sedih  dan  dahan-dahannya  berguncang.  Sementara  itu,  di  langit tampak bahwa bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.

Kamar  yang  sederhana,  kamarnya  Nabi  Adam.  Nabi  Adam  tertidur  dengan  jenggotnya  yang putih  dan  wajahnya  yang  bersinar  di  atas  tempat  ddur  dari  dahan-dahan  pohon  dan  bunga-bunga.  Anak-anaknya  semua  berdiri  di  sekelilingnya  dan  menunggu  wasiatnya.  Nabi  Adam berbicara  dan  memahamkan  anak-anaknya  bahwa  hanya  ada  satu  perahu  keselamatan  bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.

Nabi  Adam  menenangkan  anak-anaknya,  bahwa  Allah  SWT  tidak  akan  membiarkan  manusia sendirian  di  muka  bumi.  Sesungguhnya  Dia  akan  mengutus  para  nabi  untuk  membimbing mereka  dan  menyelamatkan  mereka.  Para  nabi  itu  memiliki  nama-nama,  sifat-sifat,  dan mukjizat-mukjizat  yang  berbeda-beda.  Tetapi  mereka  dipertemukan  dengan  satu  hal,  yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.

Demikianlah  wasiat  Nabi  Adam  kepada  anak-anaknya.  Akhirnya, Nabi  Adam  menutup  kedua matanya,  dan  para  malaikat  memasuki  kamarnya  dan  mengelilinginya.  Had  Nabi  Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.