Sabtu, 08 Agustus 2015

Kisah Nabi Adam as.

Allah  SWT  berkehendak  untuk  menciptakan  Nabi  Adam.  Allah  SWT  berfirman  kepada  para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. "(QS. al-Baqarah: 30)

Terdapat  perbedaan  pendapat  berkenaan  dengan  makna  khilafah  (perihal  menjadi  khalifah) Nabi  Adam.  Ada  yang  mengatakan,  bahwa  ia  sebagai  khalifah  dari  kelompok  manusia  yang pertama-tama  datang  ke  bumi  di  mana  kelompok  ini  membuat  kerusakan  dan  menumpahkan darah  di  dalamnya.  Ada  yang  mengatakan,  bahwa  ia  adalah  khalifatullah,  dengan  pengertian bahwa  ia  sebagai  khalifah  (utusan  Allah)  dalam  melaksanakan  perintah-perintah-Nya  dan hukum-hukum-Nya,  karena  ia  adalah  utusan  Allah  yang  pertama.  Demikianlah  yang  kamiyakini.

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."

Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:

"Ingatlah   ketika   Tuhanmu   berfirman   kepada   para   malaikat:   'Sesungguhnya   Aku   hendak menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi.'  Mereka  berkata:  'Mengapa Engkau  hendak menjadikan   khalifah   di   bumi   itu   orang   yang   akan   membuat   kerusakan   padanya   dan menumpahkan   darah,   padahal   Kami   senantiasa   bertasbih   dengan   memuji   Engkau   dan menyucikan Engkau ?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamuketahui'."(QS. al-Baqarah: 30)

Berkenaan  dengan  ayat  tersebut,  para  mufasir  memberikan  komentar  yang  beragam.  Dalam tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak   dapat   ditafsirkan   zahirnya.   Sebab,   dilihat   dari   ketentuan   dialog   (at-Takhathub)   ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping itu,  ia  juga mengandung  pemberitahuan  dari-Nya  kepada  para malaikat yang  kemudian  diikuti dengan  penentangan  dan  perdebatan  dari  mereka.  Hal  seperti  ini  tidak  layak  bagi  Allah  SWT dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang lain."

Sedangkan  dalam  tafsir  al-Jami'  li  Ahkamil  Qur'an  disebutkan:  "Sesungguhnya  Allah  telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi," (QS. al-Baqarah: 30)

Mereka  bertanya:  "Apakah  ini  adalah  khalifah  yang  Engkau  ceritakan  kepada  kami  bahwa mereka  akan  membuat  kerusakan  di  muka  bumi  dan  menumpahkan  darah,  ataukah  khalifah selainnya?"  Dalam  tafsir  Fi  Zhilalil  Qur'an  disebutkan:  "Sesungguhnya  para  malaikat  melalui fitrah  mereka  yang  suci  yang  tidak  membayangkan  kecuali  kebaikan  dan  kesucian,  mereka mengira  bahwa  tasbih  dan  mengultuskan  Allah  adalah  puncak  dari  segala  wujud.  Puncak  ini terwujud  dengan  adanya  mereka,  sedangkan  pertanyaan  mereka  hanya  menggambarkan keheranan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."

Kita  melihat  bagaimana  para  mufasir  berijtihad  untuk  menyingkap  hakikat,  lalu  Allah  SWT menyingkapkan  kedalaman  dari  Al-Qur'an  pada  masing-masing  dari  mereka.  Kedalaman  Al-Qur'an  sangat  mengagumkan.  Kisah  tersebut  disampaikan  dalam  gaya  dialogis,  suatu  gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah SWT berfirman:

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan  kepada  bumi:  Datanglah  kamu  keduanya  menurut  perintah-Ku  dengan  suka  hati  atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati'."(QS. Fushshilat: 11)

Apakah  seseorang  membayangkan  bahwa  Allah  SWT  berbicara  dengan  langit  dan  bumi,  danbumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah    SWT    memerintahkan    langit    dan    bumi    sehingga    keduanya    taat.    Allah    SWT menggambarkan  apa  yang  terjadi  dengan  gaya  dialogis  hanya  untuk  meneguhkan  dalam pikiran  dan  menegaskan  maknanya  serta  penjelasannya.  Penggunaan  gaya  dramatis  dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.

Kita  membayangkan  bahwa  Allah  SWT  ketika  menetapkan  penciptaan  Nabi  Adam,  Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agarmereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah  SWT  dari  hal  yang  demikian  itu.  Allah  SWT  memberitahukan  mereka  bahwa  Dia  akan menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahwa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerusakkan di muka bumi dan menumpahkan darah  di  dalamnya.  Lalu  para  malaikat  yang  suci  mengalami  kebingungan.  Bukankah  mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahasia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini?  Kebingungan  melaikat  dan  keinginan  mereka  untuk  mendapatkan  kemuliaan  sebagai khalifah  di  muka  bumi,  dan  keheranan  mereka  tentang  penghormatan  Adam  dengannya,  dan masih  banyak  segudang  pertanyaan  yang  tersimpan  dalam  diri  mereka.  Namun  Allah  SWT segera  menepis  keraguan  mereka  dan  kebingungan  mereka,  dan  membawa  mereka  menjadi yakin dan berserah diri. Firman-Nya:

"SesungguhnyaAku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut menunjukan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang karenanya  mereka  dapat  berserah  diri  dan  meyakini  kebenaran  kehendak  Allah.  Kita  tidak membayangkan   terjadinya   dialog   antara   Allah   SWT   dan   para   malaikat   sebagai   bentuk pengultusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Dan kita meyakini bahwa  dialog  terjadi  dalam  diri  malaikat  sendiri  berkenaan  dengan  keinginan  mereka  untuk mengemban  khilafah  di  muka  bumi,  kemudian  Allah  SWT  memberitahu  mereka  bahwa  tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.

Sesungguhnya  tasbih  pada  Allah  SWT  dan  menyucikan-Nya  adalah  hal  yang  sangat  mulia  di alam   wujud,  namun  khilafah  di  muka  bumi  bukan  hanya  dilakukan  dengan  hal  itu.  Ia membutuhkan  karakter  yang  lain,  suatu  karakter  yang  haus  akan  pengetahuan  dan  lumrah baginya  kesalahan.  Kebingungan  atau  keheranan  ini,  dialog  yang  terjadi  dalam  jiwa  para malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan NabiAdam, semua ini layak bagi para malaikat dan  tidak  mengurangi  kedudukan  mereka  sedikit  pun.  Sebab,  meskipun  kedekatan  mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukanmereka sebagai hamba Allah SWT di mana mereka  tidak  mengetahui  ilmu  Allah  SWT  dan  hikmah-Nya  yang  tersembunyi,  serta  alam gaibnya  yang  samar.  Mereka  tidak  mengetahui  hikmah-Nya  yang  tinggi  dan  sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.

Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeda dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeda dengan hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan  darahdan  membuat  kerusakkan.  Sesungguhnya  Nabi  Adam  akan  menjadi ciptaan  baru  dan  keberadaannya  disertai  dengan  hikmah  yang  tinggi  yang  tidak  ada  seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku."(QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibnu  Abbas  membaca  ayat  tersebut:  "Liya'rifuun"  (agar  mereka  mengenal  Aku).  Pengetahuan merupakan   tujuan   dari   penciptaan   manusia.   Dan   barangkali   pendekatan   yang   terbaik berkenaan  dengan  tafsir  ayat  tersebut  adalah  apa  yang  disampaikan  oleh  Syekh  Muhammad Abduh:  "Dialog  yang  terdapat  dalam  ayat  tersebut  adalah  urusan  Allah  SWT  dengan  para malaikat-Nya  di  mana  Dia  menggambarkan  kepada  kita  dalam  kisah  ini  dengan  ucapan, pertanyaan,  dan  jawaban.  Kita  tidak  mengetahui  hakikat  hal  tersebut.  Tetapi  kita  mengetahui bahwa  dialog  tersebut  tidak  terjadi  sebagaimana  lazimnya  yang  dilakukan  oleh  sesama  kita, manusia."

Para  malaikat  mengetahui  bahwa  Allah  SWT  akan  menciptakan  khalifah  di  muka  bumi.  Allah SWT  menyampaikan  perintah-Nya  kepada  mereka  secara  terperinci.  Dia  memberitahukan bahwa  Dia  akan  menciptakan  manusia  dari  tanah.  Maka ketika  Dia  menyempurnakannya  dan meniupkan  roh  di  dalamnya,  para  malaikat  harus  bersujud  kepadanya.  Yang  harus  dipahami bahwa  sujud tersebut  adalah  sujud  penghormatan,  bukan  sujud  ibadah,  karena  sujud  ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku  akan menciptakan manusia dari  tanah.'  Maka  apabila  telah   Kusempurnakan  kejadiannya  dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. '  Lalu  seluruh  malikat  itu  bersujud  semuanya,  kecuali  Iblis.  Dia  menyombongkan  diri  dan  dia termasuk orang-orang yang kafir."(QS. Shad: 71-74)

Allah  SWT  mengumpulkan  segenggam  tanah  dari  bumi;  di  dalamnya  terdapat  yang  berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh karena itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur  hitam  yang  diberi  bentuk.  Dari  tanah  inilah  Allah  menciptakan  Nabi  Adam.  Allah  SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.

Selanjutnya,  Nabi  Adam  membuka  kedua  matanya  dan  ia  melihat  para  malaikat  semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk  yang  tidak  mau  bersujud  itu.  Ia  tidak  mengenalnamanya.  Iblis  berdiri  bersama  para malaikat  tetapi  ia  bukan  berasal  dari  golongan  mereka.  Iblis  berasal  dari  kelompok  jin.  Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:

"Allah  berfirman:  'Hai  Mis,  apa  yang  menghalangi  kamu  sujud  kepada  yang  telah  Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang  yang  lebih  tinggi?  'Iblis  berkata:  'Aku  lebih  baik  daripadanya,  karena  Engkau ciptakan  aku  dari  api,  sedangkan  dia  Engkau  ciptakan  dari  tanah.'  Allah  berfirman:  'Maka keluarlah  kamu  dari  surga;  sesungguhnya  kamu  adalah  orang  yang  terkutuk.  Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Mis berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka'."(QS. Shad: 75-83)

Nabi  Adam  mengikuti  peristiwa  yang  terjadi  di  depannya.  Ia  merasakan  suasana  cinta,  rasa takut,   dan   kebingungan.   Nabi   Adam   sangat   cinta   kepada   Allah   SWT   yang   telah menciptakannya  dan  memuliakannya  dengan  memerintahkan  para  malaikat-Nya  untuk  sujud kepadanya.  Adam  juga  merasa  takut  saat  melihat  Allah  SWT  marah  terhadap  iblis  dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Kemudian  alangkah  anehnya  alasan  iblis.  Ia  membayangkan  bahwa  api  lebih  baik  dari  tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari  kebangkitan.  Iblis  tidak  ingin  mad.  Namun  Allah  SWT  mengetahui  bahwa  ia  akan  tetap hidup  sampai  hari  yang  ditentukan.  Ia  akan  hidup  sampai  menjemput  ajalnya  dan  kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya.  Akhirnya,  Nabi  Adam  mengetahui  musuh  abadinya.  Nabi  Adam  bingung  dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog  antara  Allah  SWT  dan  para  malaikat-Nya  dan  Anda  cenderung  menakwilkan  ayat-ayat tersebut,  sedangkan  Anda  menerima  adanya  dialog  antara  Allah  dan  iblis."  Saya  jawab: "Sesungguhnya  akal  menunjukkan  kita  kepada  kesimpulan  tersebut.  Terjadinya  dialog  antara Allah  SWT  dan  para  malaikat-Nya  adalah  hal  yang  mustahil  karena  para  malaikat  suci  dari kesalahan  dan  dosa  dan  keinginan-keinginan  manusiawi  yang  selalu  mencari  ilmu.  Sesuai dengan  karakter  penciptaan  mereka,  mereka  adalah  pasukan  yang  setia  dan  mulia.  Adapun iblis  ia  terikat  dan  tunduk  terhadap  ketentuan  agama,  dan  karakternya  sebagai  jin  mendekati karakter  jenis  ciptaan  Nabi  Adam.  Dengan kata lain,  bahwa  jin  dapat  beriman  dan  dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka  tertipu  oleh  kesombongan  yang  palsu  sehingga  mereka  mempunyai  gambaran  yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di siniberarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung—setelah penciptaannya—kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggung  jawab.  Terjadinya  pelajaran  ini  di  depan  Nabi  Adam  mengandung  maksud  yang dalam.

Allah  SWT  tidak  pernah  mencabut  kebebasan  yang  diberikan-Nya  kepada  iblis.  Namun  pada akhirnya,  iblis tetap  sebagai  hamba  yang kafir.  Iblis  benar-benar menolak  untuk  sujud kepada Nabi  Adam.  Allah  SWT  mengetahui  bahwa  ia  akan  menolak  untuk  sujud  kepada  Nabi  Adam dan  akan  menentang-Nya.  Bisa  saja  Allah  SWT  menghancurkannya  atau  mengubahnya menjadi  tanah  namun  Allah  memberikan  kebebasan  kepada makhluk-makhluk-Nya  yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang kafir  dan  orang-orang  yang  bermaksiat  kepada-Nya  tidak  berarti  meng-urangi  kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.

Adam menyadari bahwa kebebasan di alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan  itu.  Setelah  mempelajari  pelajaran  kebebasan,  Nabi  Adam  mempelajari  pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan di  alam  wujud.  Sebagaimana  ia  mengetahui  bahwa  para  malaikat  adalah  simbol  kebaikan, sementara   ia   belum   mengenal   dirinya   saat   itu.   Kemudian   Allah   SWT   memberitahukan kepadanya  tentang  hakikatnya,  hikrnah  penciptaannya,  dan  rahasia  penghormatannya.  Allah SWT berfirman:

"Dan  Dia  mengajarkan  kepada  Adam  nama-nama  (benda-benda)  seluruhnya.  "(QS.  al-Baqarah: 31)

Allah  SWT  memberinya  rahasia  kemampuan  untuk  meringkas  sesuatu  dalam  simbol-simbol dan  nama-nama.  AllahSWT  mengajarinya  untuk  menamakan  benda-benda:  ini  burung,  ini bintang,  ini  pohon,  ini  awan,  dan  seterusnya.  Nabi  Adam  mempelajari  semua  nama-nama tersebut. Yang dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan  pengetahuan  yang  luas  dalam  jiwa  Nabi  Adam  dan  keinginan  yang  terus mendorongnya  untuk  mengetahui  sesuatu.  Hasrat  untuk  menggali  ilmu  dan  belajar  juga diwariskan  kepada  anak-anaknya  Nabi  Adam.  Inilah  tujuan  dari  penciptaan  Nabi  Adam  dan inilah rahasia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama  benda-benda;  kekhususannya  dan  kemanfaatannya,  Allah  SWT  menunjukkan  benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS. al-Baqarah: 31)

Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali  nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah  SWT tentang  kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:

"Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.

"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS. al-Baqarah: 32)

Yakni,  mereka  mengembalikan  semua  ilmu kepada  Allah  SWT.  Allah  SWT  berkata  kepada Adam:

"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."(QS. al-Baqarah: 33)

Kemudian  Nabi  Adam  memberitahu  mereka  setiap  benda  yang  Allah  SWT  tunjukkan  kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:

"Dan   Dia   mengajarkan   kepada   Adam   nama-nama   (benda-benda)   seluruhnya,   kemudian mengemukakannya  kepada  para  malaikat  itu  lalu  berfirman:  'Sebutkanlah  kepada-Ku  nama benda-benda  itu  jika  kamu  memang  orang-orang  yang  benar.'  Mereka  menjawab:  'Maha  Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya  Engkaulah  Yang  Maha  Mengetahui  lagi  Maha  Bijaksana.  Allah  berfirman:  'Hai Adam,  beritahukanlah  kepada  mereka  nama-nama  benda  ini.'  Maka  setelah  diberitahukannya kepada   mereka   nama   benda-benda   itu,   Allah   berfirman:   'Bukankah   sudah   Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)

Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka tunjukkan,  ketika  Dia  memberitahu  mereka  tentang  penciptaan  Nabi  Adam  sebagaimana  Dia mengetahui  kebingungan  yang  mereka  sembunyikan  dan  sebagaimana  juga  Dia  mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.

Para malaikat menyadari bahwa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui  sebab-sebab  kemakmuran  bumi  dan  pengubahannya  dan  penguasaanya,  serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.

Adalah  hal  yang  maklum  bahwa  kesempurnaan  manusia  tidak  akan terwujud  kecuali  dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.

Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun  para  malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:

Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur."Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: "Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan  aku  darimu  saat  kamu  tidur."  Adam  bertanya:  "Mengapa  Allah  menciptakan kamu?" Ia  menjawab:  "Agar  engkau  merasa  tenteram  denganku."  Adam  berkata: "Segala  puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."

Para  malaikat  bertanya  kepada  Adam  tentang  namanya.  Nabi  Adam  menjawab:  "Namanya Hawa." Mereka  bertanya:  "Mengapa  engkau  menamakannya  Hawa,  wahai  Adam?" Adam berkata: "Karena ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."

Nabi  Adam  adalah  makhluk  yang  suka  kepada  pengetahuan.  Ia  membagi  pengetahuannya kepada  Hawa,  di  mana  ia  menceritakan  apa  yangdiketahuinya  kepada  pasangannya  itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:

"Dan  Kami  berfirman:  'Hai  Adam,  tinggallah  kamu  dan  istrimu  di  surga  ini,  dan  makanlah makanan-makanannya  yang  banyak  lagi  baik  di  mana  saja  yang  kamu  sukai,  dan  janganlah kamu  dekati  pohon  ini,  yang  menyebabkan  kamu  termasuk  orang-orang  yang  lalim'."  (QS.  al-Baqarah: 35)

Kita  tidak  mengetahui  tempat  surga  ini.  Al-Qur'an  tidak  membicarakan  tempatnya,  dan  para mufasir  berbeda  pendapat  tentang  hal  itu.  Sebagian  mereka  berkata:  "Itu  adalah  surga  yang bakal  dihuni  oleh  manusia  (jannah  al-Ma'wa)  dan  tempatnya  di  langit."  Namun  sebagian  lagi menolak  pendapat  tersebut.  Sebab  jika  ia  adalah  jannah  al-Ma'wa  maka  iblis  tidak  dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia adalah  surga  yang  lain,  yang  Allah  ciptakan  untuk  Nabi  Adam  dan  Hawa."  Bahkan  ada  juga yang  berpendapat  bahwa  ia  adalah  surga  (taman)  dari  taman-taman  bumi  yang  terletak  di tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat tersebut  apa  adanya   dan  menghentikan  usaha  untuk  mencari  hakikatnya.   Kami  sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.

Nabi  Adam  dam  Hawa  memasuki  surga  dan  di  sana  mereka  berdua  merasakan  kenikmatan manusiawi   semuanya.   Di   sana   mereka   juga   mengalami   pengalaman-pengalaman   yang berharga.  Kehidupan  Nabi  Adam  dan  Hawa  di  surga  dipenuhi  dengan  kebebasan  yang  tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di  surga  bersama  Hawa.  Ia  tidak  lagi  mengalami  kesepian.  Ia  banyak  menjalin  komunikasi dengan  Hawa.  Mereka  menikmati  nyanyian  makhluk,  tasbih  sungai-sungai,  dan  musik  alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain  satu  pohon,  yang  barangkali  ia  adalah  pohon  penderitaan  atau  pohon  pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki surga:

"Dan  janganlah  kamu  dekati  pohon  ini,  yang  menyebabkan  kamu  termasuk  orang-orang  yang lalim." (QS. al-Baqarah: 35)

Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik  serta  tekadnya  melemah.  Maka  iblis  memanfaatkan  kemanusiaan  Nabi  Adam  dan mengumpulkan   segala   kedengkiannya   yang   disembunyikan   dalam   dadanya.   Iblis   terus berusaha  membangkitkan  waswas  dalam  diri  Nabi  Adam.  Apakah  aku  akan  menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam  dirinya. Apa  yang  akan  terjadi  seandainya  ia  memakan  buah  tersebut,  barangkali  itu benar-benar   pohon   keabadian.   Nabi   Adam   memang   memimpikan   untuk   kekal   dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam surga.

Berlalulah  waktu  di  mana  Nabi  Adam  dan  Hawa  sibuk memikirkan  pohon  itu.  Kemudian  pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka sejak  dahulu.  Nabi  Adam  mengulurkan  tangannya  ke  pohon  itu  dan  memetik  salah  satu buahnya  dan  kemudian  memberikannya  kepada  Hawa.  Akhirnya  mereka  berdua  memakan buah terlarang itu.

Allah SWT berfirman:

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak  benar  apa  yang  disebutkan  oleh kitab-kitab  kaum  Yahudi  bahwa  Hawa  menggoda  Nabi Adam  yang  karenanya  ia  bertanggung  jawab  terhadap  pemakanan  buah  itu.  Nas  Al-Qur'an tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas  apa  yang  terjadi.  Demikianlah  setan  disalahkan  dan  Nabi  Adam  juga  disalahkan  karena kesombongan.  Salah  seorang  dari  mereka  menghina  manusia,  dan  yang  lain  ingin  menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum  selesai  Nabi  Adam  memakan  buah  tersebut  sehingga  ia  merasakan  penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang memancar  dari  dalam  dirinya.  Ia  mengetahui  bahwa  ia  tak  berbusana,  demikian  juga  istrinya. Akhirnya,  ia  mengetahui  bahwa  ia  seorang  lelaki  dan  bahwa  istrinya  seorang  wanita.  Ia  dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.

Nabi  Adam  dan  Hawa  turun  ke  bumi.  Mereka  keluar  dari  surga.  Nabi  Adam  dalam  keadaan sedih  sementara  Hawa  tidak  henti-hentinya  menangis.  Karena  ketulusan  taubat  mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, dimana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan." (QS. al-A'raf: 25)

Kemudian  Allah  SWT menceritakan kisah tentang  pelajaran ketiga  yang diperoleh  Nabi  Adam selama keberadaannya di surga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.

Allah SWT berfirman:

"Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu),  dan  tidak  Kami  dapati  padanya  kemauan  yang  kuat.  Dan  (ingatlah)  ketika  Kami  berkata kepada   malaikat:   'Sujudlah   kamu   kepada   Adam,'   maka   mereka   sujud   kecuali   Mis.   la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini(Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang  menyebabkan  kamu  menjadi  celaka.  Sesungguhnya  kamu  tidak  akan  kelaparan  di dalamnya  dan  tidak  akan  telanjang,  dan  sesungguhnya  kamu  tidak  akan  merasa  dahaga  dan tidak  pula  akan  ditimpa  panas  matahari  di  dalamnya.'  Kemudian  setan  membisikkan  pikiran jahat  kepadanya,  dengan  berkata:  'Hai  Adam,  maukah  saya  tunjukkan  kepada  kamu  pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu  tampaklah  bagi  keduanya  aurat-auratnya  dan  mulailah  keduanya  menutupinya  dengan daun-daun  (yang  ada  di)  surga,  dan  durhakalah  Adam  dan  sesatlah  ia.  Kemudian  Tuhannya memilihnya   maka   Dia   menerima   taubatnya   dan   memberinya   petunjuk.   Allah   berfirman: 'Turunlah  kamu  berdua  dari  surga  bersama-sama,  sebagian  kamu  menjadi  musuh  bagi sebagian  yang  lain.  Maka  jika  datang  kepadamu  petunjuk  dari-Ku,  lalu  barangsiapa  yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)

Sebagian  orang  menganggap  bahwa  Nabi  Adam  keluar  dari  surga  karena  kesalahannya  dan kemaksiatannya.  Ini  adalah  anggapan  yang  tidak  benar  karena  Allah  SWT  berkehendak menciptakan  Nabi  Adam  di  mana  Dia  berkata  kepada  malaikat:"Sesungguhnya  aku  akan menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi."  Dan  Dia  tidak  mengatakan  kepada  mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di surga."

Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunankemuliaan  sebagaimana  dikatakan  oleh  kaum  sufi.  Allah  SWT  mengetahui  bahwa Nabi  Adam  dan  Hawa  akan  memakan  buah  itu,  dan  selanjutnya  mereka  akan  turun  ke  bumi. Allah  SWT  juga  mengetahui  bahwa  setan  akan  merampas  kebebasan  mereka.  Pengalaman merupakan  dasar  penting  dari  proses  menjadi  khalifah  di  muka  bumi  agar  Nabi  Adam  dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan mereka—bahwa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.

Apakah dikatakan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi Adam  terpaksa  atau  dipaksa  untuk  berbuat  kesalahan  sehingga  ia  keluar  dari  surga  dan kemudian  turun  ke  bumi?  Sebenarnya  anggapan  ini  tidak  kalah  bodohnya  dari  anggapan pertama.   Sebab,   Nabi   Adam   merasakan   kebebasan   sepenuhnya,   yang   karenanya   ia mengemban  tanggung  jawab  dari  perbuatannya.  Ia  durhaka  dan  memakan  buah  tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan  kebebasannya,  bahkan  keberadaannya  yang  asli  bersandar  kepada  kebebasannya. Alhasil,  Allah  SWT  mengetahui  apa  yang  bakal  terjadi.  Dia  mengetahui  sesuatu  sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu berarti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang  memaksa.  Dengan  kata  lain,  Allah  SWT  mengetahui  apa  yang  akan  terjadi,  tetapi  Dia tidak  men-cegahnya  atau  mendorongnya  agar  terjadi.  Allah  SWT  memberikan  kebebasan kepada  hamba-hamba-Nya  dan  semua  makhluk-Nya.  Yang  demikian  itu  berkenaan  dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.

Nabi  Adam  memahami  pelajaran  ketiga.  Ia  memahami  bahwa  iblis  adalah  musuhnya.  Secara pasti   ia   mengerti   bahwa   iblis   adalah   penyebab   ia   kehilangan   nikmat   dan penyebab kehancurannya.  Ia  mengerti  bahwa  Allah  SWT  akan  menyiksa  seseorang  jika  ia  berbuat maksiat, dan bahwa jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristigfar dan mengucapkan:

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al-A'raf: 23)

Allah  SWT  menerima  taubatnya  dan  memaafkannya  serta  mengirimnya  ke  bumi.  Nabi  Adam adalah  Rasul  pertama  bagi  manusia.  Mulailah  kehidupan  Nabi  Adam  di  bumi.  Ia  keluar  dari surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh  kaumnya  dengan  cara  keluar  dari  negerinya  atau  berhijrah.  Di  sana  Nabi  Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini(di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.

Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus  menghadapi  penderitaan  dan  pergulatan, di  mana  ia  harus  menanggung kesulitan  agar dapat  makan,  dan  ia  harus  melindungi  dirinya  dengan  pakaian  dan  senjata,  serta  melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan  sesudahnya,  ia  harus  meneruskan  pertempurannya  dengan  pangkal  kejahatan  yang menyebabkannya keluar  dari  surga,  yaitu  setan.  Di  bumi,  setan membuat  waswas  kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan   kebaikan   dan   pasukan   kejahatan   di   bumi   tidak   akan   pernah   berhenti.   Maka barangsiapa  yang  mengikuti  petunjuk  Allah  SWT,  ia  tidak  akan  merasakan  ketakutan  dan kesedihan,  dan  barangsiapa  yang  bermaksiat  kepada  Allah  SWT  dan  mengikuti  makhluk  api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.

Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya di  atas  bumi.  Satu-satunya  yang  dapat  meringankan  kesedihannya  adalah,  bahwa  ia  menjadi penguasa   di   bumi,   yang   karenanya   ia   harus   menundukkannya,   memakmurkannya,   dan membangunnya  serta  melahirkan  keturunan  yang  baik  di  dalamnya,  sehingga  mereka  dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki  dan  seorang  perempuan,  dan  pada  perut   berikutnya  seorang  lelaki  dan  seorang perempuan,  maka  dihalalkan  perkawinan  antara  anak  lelaki  dari  perut  pertama  dengan  anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.

Nabi  Adam  mengajak  mereka  untuk  menyembah  Allah  SWT.   Nabi  Adam  menyaksikan kecenderungan   pertama   dari   anaknya   terhadap   pangkal   kejahatan,   yaitu   iblis   sehingga terjadilah  kejahatan  pembunuhan  yang  pertama  kali  di  muka  bumi.  Salah  seorang  anak  Nabi Adam  membunuh  saudara  kandungnya  sendiri.  Anak  yang  jahat  itu  membunuh  saudaranya yang baik. Allah berfirman:

"Ceritakanlah  kepada  mereka  kisah  kedua  putra  Adam  (Habil  dan  Qabil)  menurut  yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)." (QS. al-Maidah: 27)

Dikatakan  bahwa  pembunuh  ingin  merebut  istri  saudara  kandungannya  untuk  dirinya  sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari mereka menghadirkan kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah satu dari mereka dan menolak kurban yang lain:

"Ia  (Qabil)  berkata:  'Aku  pasti  membunuhmu.'  Berkata  Habil:  'Sesungguhnya  Allah  hanya menerima  (kurban)  dari  orang-orang  yang  bertakwa.  Sungguh  kalau  kamu  menggerakkan tanganmu  kepadaku  untuk  membunuhku,  aku  sekali-kali  tidak  akan  menggerakkan  tanganku untuk  membunuhmu.  Sesungguhnya  aku  takut  kepada  Allah,  Tuhan  sekalian  alam."  (QS.  al-Maidah: 27-28)

Perhatikanlah   bagaimana   Allah   SWT   menyampaikan   kepada   kita   kalimat-kalimat   yang diucapkan  oleh  anak  Nabi  Adam  yang  terbunuh  sebagai  syahid,  dan  ia  menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:

"Sesungguhnya  aku  ingin agar  kamu  kembali  dengan  membawa  dosa  membunuhku  dan dosamu  sendiri,  maka  kamu  akan  menjadi  penghuni  neraka,  dan  yang  demikian  itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim." (QS. al-Maidah: 29)

Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yangtersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah. Kemudian  saudaranya  yang  jahat  membawanya  menuju  saudara  kandungnya  yang  sedang tidur,  lalu  ia  mengangkat  tangannya  dan  menjatuhkan  dengan keras  dan  cepat.  Anak  laki-laki baik  itu  tampak  pucat  wajahnya  ketika  melihat  darah  mengucur  darinya,  lalu  ia  bangun.  Ia bermimpi  saat  tidur.  Lalu  si  pembunuh  menghantam  saudaranya  sehingga  tidak  tampak  lagi gerakan  dari  tubuhnya.  Si  pembunuh  puas  bahwa  saudara  kandungnya  benar-benar  mati. Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.

Rasulullah  saw  bersabda:  "Setiap  orang  yang  membunuh  jiwa  yang  tak  berdosa  maka  anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya karena ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa  yang  akan  dikatakannya  terhadap  Nabi  Adam,  ayahnya,  jika  ia  bertanya  kepadanya tentang  hal  itu.  Nabi  Adam  mengetahui  bahwa  mereka  berdua  keluar  bersama-sama  lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainyaia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu  di  depan  ayahnya,  maka  di  manakah  ia  dapat  menyembunyikan  jasadnya,  dan  di  mana  ia dapat  membuangnya?  Saudaranya  yang  terbunuh  itu  merupakan  manusia  yang  pertama  kali mad  di  muka  bumi  sehingga  tidak  diketahui  bagaimana  cara  menguburkan  orang  yang  mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah  dengan  suara  burung  yang  berteriak  sehingga  ia  merasa  ketakutan.  Pembunuh  itu menoleh  dan  menemukan  seekor  burunggagak  yang  berteriak  di  atas  bangkai  burung gagak yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu   ia   mulai   menggali   tanah   dengan   paruhnya   dan   kedua   kakinya.   Kemudian   ia mengangkatnya  dengan  paruhnya  dan  meletakkannya  dengan  lembut  dalam  kuburan.  Lalu  ia menimbunkannya  di  atas  tanah.  Setelah  itu,  ia  terbang  di  udara  dan  kembali  berteriak.  Si pembunuh  berdiri  dan  ia  mundur  untuk  meraih  jasad  saudara  kandungnya  dan  kemudian berteriak:

"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)

Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahwa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan  iblis  berhasil  "mencuri"  seorang  anak  Nabi  Adam.  Bergetarlah  tubuh  si  pembunuh  dan  ia mulai   menangis   dengan keras,   lalu   ia   menggali   kuburan   saudara   kandungnya.   Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:

"Ini  adalah  perbuatan  setan.  Sesungguhnya  setan  itu  adalah  musuh  yang  menyesatkan  lagi nyata." (QS. al-Qashash: 15)

Nabi  Adam  merasakan  kesedihan  mendalam  atas  hilangnya  salah  satu  anaknya.  Salah seorang  dari  mereka mad  dan  yang  lain  dikuasai  oleh  setan.  Nabi  Adam  salat  untuk  anaknya yang  mati,  dan  kemudian  ia  kembali  menjalani  kehidupannya  di  muka  bumi.  Beliau  adalah manusia  yang  bekerja  dan  mengalami  penderitaan.  Seorang  Nabi  yang  menasihati  anak-anaknya  dan  cucu-cucunya,  serta  mengajak  mereka  untuk  menyembah  Allah  SWT.  Beliau menceritakan  kejahatan  iblis  kepada  mereka,  dan  meminta  kepada  mereka  agar  berhati-hati darinya.  Beliau  menceritakan  pengalaman pribadinya  bersama  iblis  kepada  mereka,  dan menceritakan  kehidupannya  bersama  anaknya  yang  tega  membunuh  saudara  kandungnya sendiri.

Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya  tersebar  di  bumi,  lalu  datanglah  waktu  malam  di  atas  bumi.  Angin  bertiup  sangat kencang.  Dan  bergoncanglah  daun-daun  pohon  tua  yang  ditanam  oleh  Nabi  Adam,  dimana dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu  menjadi  tegak  setelah  berlalunya  angin,  air  mulai  berjatuhan  di  antara  cabang-cabangnya dan  tampak  dari  jauh  bahwa  pohon  itu  sedang menarik  dirinya  (memisahkan diri)  dari  air  dan menangis.  Pohon  itu  sedih  dan  dahan-dahannya  berguncang.  Sementara  itu,  di  langit tampak bahwa bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.

Kamar  yang  sederhana,  kamarnya  Nabi  Adam.  Nabi  Adam  tertidur  dengan  jenggotnya  yang putih  dan  wajahnya  yang  bersinar  di  atas  tempat  ddur  dari  dahan-dahan  pohon  dan  bunga-bunga.  Anak-anaknya  semua  berdiri  di  sekelilingnya  dan  menunggu  wasiatnya.  Nabi  Adam berbicara  dan  memahamkan  anak-anaknya  bahwa  hanya  ada  satu  perahu  keselamatan  bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.

Nabi  Adam  menenangkan  anak-anaknya,  bahwa  Allah  SWT  tidak  akan  membiarkan  manusia sendirian  di  muka  bumi.  Sesungguhnya  Dia  akan  mengutus  para  nabi  untuk  membimbing mereka  dan  menyelamatkan  mereka.  Para  nabi  itu  memiliki  nama-nama,  sifat-sifat,  dan mukjizat-mukjizat  yang  berbeda-beda.  Tetapi  mereka  dipertemukan  dengan  satu  hal,  yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.

Demikianlah  wasiat  Nabi  Adam  kepada  anak-anaknya.  Akhirnya, Nabi  Adam  menutup  kedua matanya,  dan  para  malaikat  memasuki  kamarnya  dan  mengelilinginya.  Had  Nabi  Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.

1 komentar:

  1. If you're trying to lose fat then you absolutely have to get on this totally brand new tailor-made keto meal plan.

    To produce this keto diet service, certified nutritionists, fitness couches, and cooks have joined together to develop keto meal plans that are useful, suitable, cost-efficient, and enjoyable.

    Since their launch in 2019, 100's of individuals have already remodeled their figure and health with the benefits a proper keto meal plan can offer.

    Speaking of benefits; clicking this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones given by the keto meal plan.

    BalasHapus